Sedekah "sadaqah" merupakan salah satu ajaran etis Islam yang sangat penting. Berbagi juga memuat pesan universal kepada Alam...
Sedekah "sadaqah" merupakan salah satu ajaran etis Islam yang sangat penting.
Berbagi juga memuat pesan universal kepada Alam dan segala isinya untuk senantiasa
dapat bersinergi antara satu dan lainnya. Sinergi alam telah membuka mata kita
akan berharganya hidup dalam berbagi.
Ketika kita berbagi sebagian yang kita miliki: baik itu berupa sesuatu
yang bersifat materi, atau hal-hal lain yang bersifat nilai, norma dan gagasan; saat itu kita telah mempraktikkan ajaran inti dalam Islam: sedekah/infaq. Sementara Islam sangat mengecam keras
prilaku kikir, pelit dan tidak peduli terhadap intraksi sosial.
Pada tulisan kali ini Saya akan membahas tentang bagaimana konsep "sadaqah" sedekah,
mampu menggugah spiritualitas dan meningkatkan keimanan kita kepada Allah swt.
Kita tentu sering mendapatkan bermacam-macam analogi, tamsil dan parabel di dalam Al-Quran;
ini menunjukkan bahwa Kitab Suci Umat Islam ini berusaha memahami dan melebur dalam nilai-nilai
kefanaan manusia yang hidup di bumi. Salah satu tamsil khas yang digunakan Al-Quran terkait
penjelasan sadaqah adalah tamsil-agraris; sebuah analogi yang menggambarkan orang yang suka
bersedekah layaknya orang yang sedang menanam bibit dan biji-bijian. Biji-bijian ini pada akhirnya
akan tumbuh dewasa dan menghasilkan manfaat bagi manusia . Ini menjadi bukti nyata bahwa
Ekonomi-agraris yang sangat dibutuhkan pada abad ke-7 memicu Al-Quran
untuk berupaya memahami kondisi sosio-kultural di masa itu.
Allah swt berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 261 yang artinya :
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah. Adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji, Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Adapun pesan tersirat yang dapat kita ambil dari ayat ini ialah: bersedekah tidaklah mengurangi
hak yang kita miliki; justru dengan bersedekah, keberkahan dan kelapangan rizki akan berjalan
dan mengikuti langkah hidup kita. Disamping itu, ada 2 kategori sedekah yang harus kita hindari;
"al-mann" dan " al-adza". "al-mann" mengungkapkan secara verbal dan terus menerus sedekah yang kita
berikan kepada orang lain dengan tujuan ingin meminta balas budi. Sementara "al-adza" menyakiti
perasaan orang yang sedang membutuhkan pertolongan; fakir-miskin. Misalnya, kita bersedekah tapi
tetap berlaku buruk terhadap si fakir: menghinanya, merusak harga dirinya dan melecehkan hidupnya.
Ini merupakan bentuk dari sedekah yang harus dihindari dalam hidup bermasyarakat.
Karena itu, apapun bentuk dari perbuatan baik, harus dimulai dengan niat yang baik dan terpuji; niat yang buruk terhadap perbuatan baik sekalipun (baca:sedekah) akan berdampak buruk terhadap kehidupan kita.
Sungguh, niat seseorang dalam berlaku baik menentukan kualitas tindakan itu.
Begitu pentingnya kedudukan niat dalam Islam. Karena itu, sudah menjadi tanggung jawab kita
terhadap diri sendiri untuk senantiasa menjaga niat, meluruskan orientasi dan tujuan hidup kita.
Jangan sampai niat yang salah membuat kita bertindak tanpa arah,
menabrak norma-norma masyarakat dan tidak bahagia.
Demikian pula, sudah menjadi sifat manusia untuk takut jatuh miskin; cemas. Ini merupakan bagian
manusiawi dalam diri manusia, instik-instik pertahanan diri (survival) yang harus kita perhatikan
kadar dan takarannya. Jika kita lengah, tidak mampu memperhitungkan seberapa banyak
yang harus kita dayagunakan dari mekanisme pertahanan " survival instink",
kita akan menjadi manusia yang tidak mahu berbagai dengan orang lain; kikir, pelit dan sombong.
Inilah yang dikritik Al-Quran. Kecenderungan manusia untuk bersifat bahil, kikir
dan mencintai harta secara berlebih-lebihan.
Seorang bijak pernah mengatakan,
" Dunia, jika kita kejar; Dia akan berlari meninggalkan kita.
Tapi, Ketika kita menghindar dari dunia; justru Dia akan berlari menjemput kita".
Sebagai penutup dari tulisan ini, tidak ada yang membahagiakan dalam hidup ini selain kemampuan,
kekuatan dan kemauan untuk hidup dalam berbagai kepada orang lain. Boleh saja kita menjadi
konglemerat; kaya harta. Tapi selama kita enggan untuk berbagi kepada orag lain, kita akan menjadi
bagian dari sekumpulan orang-orang yang hidup tanpa orientasi yang jelas.
Sungguh menjadi suatu hal yang mustahil, jika kita berkata,
" Aku beriman kepada Allah swt". Sementara dalam hidup kita, tidak pernah sedikit pun kita berbagi
kepada orang lain. Berbagi sebenarnya adalah upaya seorang hamba untuk lebih mendekatkan diri
"bertaqarub" kepada Tuhannya.
Hal ini sejalan dengan hadist Nabi Muhammad saw,
" Berbuat baiklah kepada makhluk yang ada di bumi,
agar kerajaan langit memberimu kebaikan
dan keberkatan dalam hidup ini".
Semoga bermanfaat
Robby Andoyo
