Blog Kang Robby - Kali ini Blog KR akan memposting Cerita Renungan Penuh Hikmah dan Insya Allah sangat Inspiratif yang saya dapat d...
Blog Kang Robby - Kali ini Blog KR akan memposting
Cerita Renungan Penuh Hikmah dan Insya Allah
sangat Inspiratif yang saya dapat dari Page Facebook "
tapi sedikit dimodifikasi kata-katanya :) .
Seluruh penumpang di dalam bus merasa simpati
melihat seorang wanita muda dg tongkatnya meraba-raba
menaiki tangga bus. Dg tangannya yg lain dia meraba posisi
di mana sopir berada, dan membayar ongkos bus.
Lalu berjalan ke dalam bus mencari-cari bangku yg kosong
dg tangannya. Setelah yakin bangku yg dirabanya kosong,
dia duduk. Meletakkan tasnya di atas pangkuan,
dan satu tangannya masih memegang tongkat.
Satu tahun sudah, Yasmin, wanita muda itu,
mengalami buta. Suatu kecelakaan telah berlaku atasnya,
dan menghilangkan penglihatannya untuk selama-lamanya.
Dunia tiba-tiba saja menjadi gelap dan segala harapan
dan cita-cita menjadi sirna.
Dia adalah wanita yg penuh dg ambisi menaklukan dunia,
aktif di segala perkumpulan, baik di sekolah,
rumah maupun di linkungannya.
Tiba-tiba saja semuanya sirna,
begitu kecelakaan itu dialaminya.
Kegelapan, frustrasi, dan rendah diri tiba-tiba
saja menyelimuti jiwanya. Hilang sudah masa depan
yg selama ini dicita-citakan. Merasa tak berguna
dan tak ada seorangpun yg sanggup menolongnya
selalu membisiki hatinya. "Bagaimana ini bisa terjadi padaku?"
dia menangis. Hatinya protes, diliputi kemarahan dan putus asa.
Tapi, tak peduli sebanyak apa pun dia mengeluh
dan menangis, sebanyak apa pun dia protes,
sebanyak apapun dia berdo'a dan memohon,
dia harus tahu, penglihatannya tak akan kembali.
Di antara frustrasi, depresi dan putus asa,
dia masih beruntung, karena mempunyai suami
yg begitu penyayang dan setia, Burhan.
Burhan adalah seorang prajurit TNI biasa
yg bekerja sebagai security di sebuah perusahaan.
Dia mencintai Yasmin dg seluruh hatinya.
Ketika mengetahui Yasmin kehilangan penglihatan,
rasa cintanya tidak berkurang. Justru perhatiannya
makin bertambah.
ketika dilihatnya Yasmin tenggelam
ke dalam jurang keputus-asaan.
Burhan ingin menolong mengembalikan
rasa percaray diri Yasmin,
seperti ketika Yasmin belum menjadi buta.
Burhan tahu, ini adalah perjuangan yg tidak mudah.
Butuh extra waktu dan kesabaran yg tidak sedikit.
Karena buta, Yasmin tidak bisa terus bekerja
di perusahaannya. Dia berhenti dg terhormat.
Burhan mendorongnya supaya belajar huruf Braile.
Dg harapan, suatu saat bisa berguna untuk masa depan.
Tapi bagaimana Yasmin bisa belajar?
Sedangkan untuk pergi ke mana-mana saja
selalu diantar Burhan?
Dunia ini begitu gelap.
Tak ada kesempatan sedikitpun
untuk bisa melihat jalan.
Dulu, sebelum menjadi buta,
dia memang biasa naik bus ke tempat kerja
dan ke mana saja sendirian. Tapi kini,
ketika buta, apa sanggup dia naik bus sendirian?
Berjalan sendirian? Pulang-pergi sendirian?
Siapa yg akan melindunginya ketika sendirian?
Begitulah yg berkecamuk di dalam hati Yasmin yg putus asa.
Tapi Burhan membimbing jiwa Yasmin
yg sedang frustasi dg sabar.
Dia merelakan drinya untuk mengantar
Yasmin ke sekolah, di mana Yasmin
musti belajar huruf Braile.
Dg sabar Burhan menuntun Yasmin
menaiki bus kota menuju sekolah
yg dituju. Dg susah payah dan tertatih-tatih
Yasmin melangkah bersama tongkatnya.
Sementara Burhan berada di sampingnya.
Selesai mengantar Yasmin dia menuju tempat dinas.
Begitulah, selama berhari-hari dan berminggu-minggu
Burhan mengantar dan menjemput Yasmin.
Lengkap dg seragam dinas security.
Tapi lama-kelamaan Burhan sadar,
tak mungkin selamanya Yasmin harus diantar;
pulang dan pergi. Bagaimanapun juga
Yasmin harus bisa mandiri,
tak mungkin selamanya mengandalkan dirinya.
Sebab dia juga punya pekerjaan yg harus dijalaninya.
Dg hati-hati dia mengutarakan maksudnya,
supaya Yasmin tak tersinggung dan merasa dibuang.
Sebab Yasmin, bagaimanapun juga masih terpukul
dg musibah yg dialaminya. Seperti yg diramalkan Burhan,
Yasmin histeris mendengar itu.Dia merasa dirinya
kini benar-benar telah tercampakkan.
"Saya buta, tak bisa melihat!" teriak Yasmin.
"Bagaimana saya bisa tahu saya ada di mana?
Kamu telah benar-benar meninggalkan saya."
Burhan hancur hatinya mendengar itu.
Tapi dia sadar apa yg musti dilakukan.
Mau tak mau Yasmin musti terima.
Musti mau menjadi wanita yg mandiri.
Burhan tak melepas begitu saja Yasmin.
Setiap pagi, dia mengantar Yasmin menuju halte bus.
Dan setelah dua minggu, Yasmin akhirnya bisa berangkat sendiri ke halte.
Berjalan dg tongkatnya. Burhan menasehatinya
agar mengandalkan indera pendengarannya,
di manapun dia berada.
Setelah dirasanya yakin bahwa Yasmin bisa pergi sendiri,
dg tenang Burhan pergi ke tempat dinas.
Sementara Yasmin merasa bersyukur
bahwa selama ini dia mempunyai suami
yg begitu setia dan sabar membimbingnya.
Memang tak mungkin bagi Burhan
untuk terus selalu menemani setiap saat ke manapun dia pergi.
Tak mungkin juga selalu diantar ke tempatnya belajar,
sebab Burhan juga punya pekerjaan yg harus dilakoni.
Dan dia adalah wanita yg dulu, sebelum buta,
tak pernah menyerah pada tantangan dan wanita
yg tak bisa diam saja. Kini dia harus menjadi Yasmin yg dulu,
yg tegar dan menyukai tantangan dan suka bekerja dan belajar.
Hari-hari pun berlalu. Dan sudah beberapa minggu
Yasmin menjalani rutinitasnya belajar,
dg mengendarai bus kota sendirian.
Suatu hari, ketika dia hendak turun dari bus,
sopir bus berkata, "saya sungguh iri padamu".
Yasmin tidak yakin, kalau sopir itu bicara padanya.
"Anda bicara pada saya?"
" Ya", jawab sopir bus. "Saya benar-benar iri padamu".
Yasmin kebingungan, heran dan tak habis berpikir,
bagaimana bisa di dunia ini, seorang buta,
wanita buta, yg berjalan terseok-seok dg tongkatnya
hanya sekedar mencari keberanian mengisi sisa hidupnya,
membuat orang lain merasa iri?
Air mata bahagia mengalir di pipi Yasmin.
Walaupun dia tidak melihat orang tsb,
dia yakin dan merasakan kehadiran Burhan di sana.
Dia merasa begitu beruntung, sangat beruntung,
bahwa Burhan telah memberinya sesuatu
yg lebih berharga dari penglihatan.
Sebuah pemberian yg tak perlu untuk dilihat;
kasih sayang yg membawa cahaya harapan,
ketika dia berada dalam gelapnya keputus asaan.
---------------------------
Cerita Renungan Penuh Hikmah dan Insya Allah
sangat Inspiratif yang saya dapat dari Page Facebook "
tapi sedikit dimodifikasi kata-katanya :) .
Seluruh penumpang di dalam bus merasa simpati
melihat seorang wanita muda dg tongkatnya meraba-raba
menaiki tangga bus. Dg tangannya yg lain dia meraba posisi
di mana sopir berada, dan membayar ongkos bus.
Lalu berjalan ke dalam bus mencari-cari bangku yg kosong
dg tangannya. Setelah yakin bangku yg dirabanya kosong,
dia duduk. Meletakkan tasnya di atas pangkuan,
dan satu tangannya masih memegang tongkat.
Satu tahun sudah, Yasmin, wanita muda itu,
mengalami buta. Suatu kecelakaan telah berlaku atasnya,
dan menghilangkan penglihatannya untuk selama-lamanya.
Dunia tiba-tiba saja menjadi gelap dan segala harapan
dan cita-cita menjadi sirna.
Dia adalah wanita yg penuh dg ambisi menaklukan dunia,
aktif di segala perkumpulan, baik di sekolah,
rumah maupun di linkungannya.
Tiba-tiba saja semuanya sirna,
begitu kecelakaan itu dialaminya.
Kegelapan, frustrasi, dan rendah diri tiba-tiba
saja menyelimuti jiwanya. Hilang sudah masa depan
yg selama ini dicita-citakan. Merasa tak berguna
dan tak ada seorangpun yg sanggup menolongnya
selalu membisiki hatinya. "Bagaimana ini bisa terjadi padaku?"
dia menangis. Hatinya protes, diliputi kemarahan dan putus asa.
Tapi, tak peduli sebanyak apa pun dia mengeluh
dan menangis, sebanyak apa pun dia protes,
sebanyak apapun dia berdo'a dan memohon,
dia harus tahu, penglihatannya tak akan kembali.
Di antara frustrasi, depresi dan putus asa,
dia masih beruntung, karena mempunyai suami
yg begitu penyayang dan setia, Burhan.
Burhan adalah seorang prajurit TNI biasa
yg bekerja sebagai security di sebuah perusahaan.
Dia mencintai Yasmin dg seluruh hatinya.
Ketika mengetahui Yasmin kehilangan penglihatan,
rasa cintanya tidak berkurang. Justru perhatiannya
makin bertambah.
ketika dilihatnya Yasmin tenggelam
ke dalam jurang keputus-asaan.
Burhan ingin menolong mengembalikan
rasa percaray diri Yasmin,
seperti ketika Yasmin belum menjadi buta.
Burhan tahu, ini adalah perjuangan yg tidak mudah.
Butuh extra waktu dan kesabaran yg tidak sedikit.
Karena buta, Yasmin tidak bisa terus bekerja
di perusahaannya. Dia berhenti dg terhormat.
Burhan mendorongnya supaya belajar huruf Braile.
Dg harapan, suatu saat bisa berguna untuk masa depan.
Tapi bagaimana Yasmin bisa belajar?
Sedangkan untuk pergi ke mana-mana saja
selalu diantar Burhan?
Dunia ini begitu gelap.
Tak ada kesempatan sedikitpun
untuk bisa melihat jalan.
Dulu, sebelum menjadi buta,
dia memang biasa naik bus ke tempat kerja
dan ke mana saja sendirian. Tapi kini,
ketika buta, apa sanggup dia naik bus sendirian?
Berjalan sendirian? Pulang-pergi sendirian?
Siapa yg akan melindunginya ketika sendirian?
Begitulah yg berkecamuk di dalam hati Yasmin yg putus asa.
Tapi Burhan membimbing jiwa Yasmin
yg sedang frustasi dg sabar.
Dia merelakan drinya untuk mengantar
Yasmin ke sekolah, di mana Yasmin
musti belajar huruf Braile.
Dg sabar Burhan menuntun Yasmin
menaiki bus kota menuju sekolah
yg dituju. Dg susah payah dan tertatih-tatih
Yasmin melangkah bersama tongkatnya.
Sementara Burhan berada di sampingnya.
Selesai mengantar Yasmin dia menuju tempat dinas.
Begitulah, selama berhari-hari dan berminggu-minggu
Burhan mengantar dan menjemput Yasmin.
Lengkap dg seragam dinas security.
Tapi lama-kelamaan Burhan sadar,
tak mungkin selamanya Yasmin harus diantar;
pulang dan pergi. Bagaimanapun juga
Yasmin harus bisa mandiri,
tak mungkin selamanya mengandalkan dirinya.
Sebab dia juga punya pekerjaan yg harus dijalaninya.
Dg hati-hati dia mengutarakan maksudnya,
supaya Yasmin tak tersinggung dan merasa dibuang.
Sebab Yasmin, bagaimanapun juga masih terpukul
dg musibah yg dialaminya. Seperti yg diramalkan Burhan,
Yasmin histeris mendengar itu.Dia merasa dirinya
kini benar-benar telah tercampakkan.
"Saya buta, tak bisa melihat!" teriak Yasmin.
"Bagaimana saya bisa tahu saya ada di mana?
Kamu telah benar-benar meninggalkan saya."
Burhan hancur hatinya mendengar itu.
Tapi dia sadar apa yg musti dilakukan.
Mau tak mau Yasmin musti terima.
Musti mau menjadi wanita yg mandiri.
Burhan tak melepas begitu saja Yasmin.
Setiap pagi, dia mengantar Yasmin menuju halte bus.
Dan setelah dua minggu, Yasmin akhirnya bisa berangkat sendiri ke halte.
Berjalan dg tongkatnya. Burhan menasehatinya
agar mengandalkan indera pendengarannya,
di manapun dia berada.
Setelah dirasanya yakin bahwa Yasmin bisa pergi sendiri,
dg tenang Burhan pergi ke tempat dinas.
Sementara Yasmin merasa bersyukur
bahwa selama ini dia mempunyai suami
yg begitu setia dan sabar membimbingnya.
Memang tak mungkin bagi Burhan
untuk terus selalu menemani setiap saat ke manapun dia pergi.
Tak mungkin juga selalu diantar ke tempatnya belajar,
sebab Burhan juga punya pekerjaan yg harus dilakoni.
Dan dia adalah wanita yg dulu, sebelum buta,
tak pernah menyerah pada tantangan dan wanita
yg tak bisa diam saja. Kini dia harus menjadi Yasmin yg dulu,
yg tegar dan menyukai tantangan dan suka bekerja dan belajar.
Hari-hari pun berlalu. Dan sudah beberapa minggu
Yasmin menjalani rutinitasnya belajar,
dg mengendarai bus kota sendirian.
Suatu hari, ketika dia hendak turun dari bus,
sopir bus berkata, "saya sungguh iri padamu".
Yasmin tidak yakin, kalau sopir itu bicara padanya.
"Anda bicara pada saya?"
" Ya", jawab sopir bus. "Saya benar-benar iri padamu".
Yasmin kebingungan, heran dan tak habis berpikir,
bagaimana bisa di dunia ini, seorang buta,
wanita buta, yg berjalan terseok-seok dg tongkatnya
hanya sekedar mencari keberanian mengisi sisa hidupnya,
membuat orang lain merasa iri?
"Apa maksud anda?" Yasmin bertanya penuh keheranan pada sopir itu. "Kamu tahu," jawab sopir bus, "Setiap pagi, sejak beberapa minggu ini, seorang lelaki muda dg seragam militer selalu berdiri di sebrang jalan. Dia memperhatikanmu dg harap-harap cemas ketika kamu menuruni tangga bus. Dan ketika kamu menyebrang jalan, dia perhatikan langkahmu dan bibirnya tersenyum puas begitu kamu telah melewati jalan itu. Begitu kamu masuk gedung sekolahmu, dia meniupkan ciumannya padamu, memberimu salut, dan pergi dari situ. Kamu sungguh wanita beruntung, ada yg memperhatikan dan melindungimu".
Air mata bahagia mengalir di pipi Yasmin.
Walaupun dia tidak melihat orang tsb,
dia yakin dan merasakan kehadiran Burhan di sana.
Dia merasa begitu beruntung, sangat beruntung,
bahwa Burhan telah memberinya sesuatu
yg lebih berharga dari penglihatan.
Sebuah pemberian yg tak perlu untuk dilihat;
kasih sayang yg membawa cahaya harapan,
ketika dia berada dalam gelapnya keputus asaan.
---------------------------
Kita ibarat orang buta Yg diperintahkan bekerja dan berusaha
Kita adalah orang buta Yg diberi semangat untuk terus hidup dan bekerja
kita tak bisa melihat Tuhan dan malaikat Tapi Dia terus membimbing Dia memompa semangat kita
Dan tersenyum puas Melihat kita berhasil melewati ujian-NYA