Nalar, Ibadah Artistik

Berseni secara epistemologi bermakna "artistik". Jika kita berbicara tentang seni, maka seni sejak bumi diciptakan telah ...





Berseni secara epistemologi bermakna "artistik". Jika kita berbicara tentang seni, maka seni sejak bumi diciptakan telah berintraksi dengan kita. Seni hadir disekitar kita melalui keindahan alam yang terbentang luas di darat dan samudera. Air terjun dan gemercik airnya yang mengenai bebatuan, serta suara burung-burung di hutan yang merdu adalah cara alam berseni untuk kebahagiaan kita. Kita harus bisa memandang seni sebagai "tool" alat untuk menyingkap tabir "exsotic" yang luput dari perhatian khalayak ramai. Dengan begitu, rasa seni dalam jiwa kita akan meningkat sampai pada tahap dimana kita mengenal diri sendiri: mengenali kekurangannya, mengenali kelebihannya dan mengenali keberadaannya.

Peradaban yang maju ada dalam karya seni manusianya. Bangsa-bangsa yang berhasil membangun perdaban besar: Yunani, Egypt, Persia dan Arab-Islam melihat seni sebagai perwujudan dari kemajuan. Maka tidaklah heran jika salah satu produk peradaban berbentuk seni arsitektur yang megah; berupa bangunan-bangunan yang memiliki corak dari keindahan peradaban di masa lalu. Ikhtinus adalah sebuah nama artistek terkemuka di Yunani yang mampu membuat karya seni berupa patung para dewa maupun tokoh terkenal: Dewa Zeus, Perikles, Plato, Aristoteles dan lain-lain. Di Mesir ada Piramida, sebuah bangunan megah yang dibentuk dari batu di dalamnya terdapat makam raja-raja mesir kuno. Sedangkan Arab-Islam meninggalkan jejak peradaban seperti "Alhambra" yang merupakan nama sebuah kompleks istana kerajaan, mempunyai dinding "castle" mengagumkan pada masa kekhalifahan bani ummayyah di Granada, Spanyol.

Tulisan ini berfokus pada cara meningkatkan keimanan dan membangkitkan jiwa religiusitas dengan seni; "artistic Approach"  pendekatan artistik: Nalar Artistik dan Ibadah Artistik.

Pertama, Nalar Artistik

Nalar Artistik adalah ungkapan yang mengarah pada penalaran terhadap segala sesuatu secara elegan dan berkelas: gejala-gejala sosial,  nilai-nilai universal dan kearifan lokal.

Nabi bersabda: “La dina Liman La Aql Lahu ( Tiada agama bagi mereka yang tidak menggunakan akalnya). Akal sangat mendominasi dalam setiap proses peribadatan seseorang. Orang yang mendeskreditkan peran akal pasti Ia adalah orang yang bermasalah dengan cara berpikirnya; mungkin Ia menganggap  bahwa akal dan nafsu adalah kesatuan tunggal yang tidak terpisahkan. Ini sebenarnya bentuk dari sesat pikir kelompok fundamentalis-literalis di zaman sekarang.

Al-Quran sendiri adalah kitab suci yang secara terang-terangan menyeru kepada "taa'qul" bernalar. "taffakur" berpikir. Bahkan ayat-ayat yang memuat perintah untuk berfikir lebih banyak dan beragam dibandingkan ayat-ayat hukum-hukum yang bersifat temporal; sebagai ekspresi dari kepantasan masa lalu: "akhkam Arriqi" hukum perbudakan dan "Akhkam Ghanimah" hukum rampasan perang keduanya contoh dari hukum Tuhan yang profan.

Demikian pula, proses berfikir haruslah disertai jiwa seni yang tinggi, agar pesan "illahiyah" atau "spiritual Wisdom" sampai kedalam hati umat. saat ini, manusia berada pada fase kemajuan di segala aspek kehidupan. Di ranah teknologi, berbagai penemuan-penemuan mutakhir telah membentuk wajah peradaban di masa depan. Dahulu, orang mungkin menganggap mobil tidak akan pernah bisa bergerak tanpa "oil" Minyak. Tapi sekarang, Perusahaan Tesla sudah menjawab anggapan salah dari orang-orang terdahulu. Bahkan "self-driver" teknologi sudah diterapkan oleh beberapa perusahaan di negara maju.
Dan masih banyak lagi kemajuan-kemajuan teknologi yang dahulu kita angap "impossible" mustahil, tapi kini kita hanya menunggu waktu berbicara dengan bukti.

Disamping itu, penemuan-penemuan di ranah science yg begitu jauh, terkadang melupakan esensi terpenting dalam hidup manusia; pengembangan diri dalam mengeksplore sesuatu yang kasat mata; hati, naluri sering kali dilupakan dan terabaikan. Karena itu, konsep Nalar Artistik ini bertujuan untuk menyadarkan kembali tentang bagaimana cara kita bernalar dengan seni agar kesadaran personal mampu membunuh setiap kejenuhan, kegalauan dan ketidakberdayaan dalam menghadapi hawa nafsu yang menyesatkan.

Kisah Nabi Musa dan Harun tatkala mereka di perintah Allah swt untuk menyadarkan Fir'aun; yang diabadikan di dalam Al-Quran adalah contoh faktual dari upaya prosesi  beralar melalui tutur kata artistik. Fir'aun yang merupakan sosok antagonis lambang kesombongan raja mesir kuno telah menTuhankan dirinya. Dan Allah SWT  mengutus kedua Nabi-Nya bukan untuk melawan secara fisik, tapi sebagai penyampai pesan dari Tuhan, agar Fir'aun kembali pada jalan kebenaran. Jalan lurus yang suci dari segala bentuk kesombongan. Walaupun pada akhirnya Fir'aun menolak pesan Tuhan, tapi disini,  kita bisa belajar cara berdakwah yang elegan dan berkelas dari kedua Nabiyullah ini.

Walaupun sebagian besar jumlah Ayat Al-Quran memuat kisah-kisah umat terdahulu, bukan berarti Al-Quran "manual book" Panduan Manual. Yang mengupas segala aspek kehidupan yang relevan sepanjang zaman. Tapi Al-Quran dalam artian yang ada bersama kita saat ini adalah pesan Tuhan yang berbentuk text yang redaksinya tidak pernah sedikitpun berubah ditelan masa, di dalamnya melebur nilai-nilai universal: keadilan, keseimbangan, ketertiban, keindahan dan kebebasan. Nilai-nilai universal inilah yang nantinya melalui proses "taffakur" melebur kedalam jiwa manusia sebagai panduan hidupnya demi menyelesaikan kompleksitas "qadhayah" atau "nawajil" permasalahan-permasalahan kontemporer kekinian.

Jika seorang beriman mampu melewati proses "taa'qul" bernalar. Tentunya melalui cara yang sistematis-konstruktif dengan mengambil nilai-nilai substantif dari kitab suci; reinterpretasi text Al-Quran dengan semangat modernitas; "attawasut" moderasi yang merupakan jalan tengah dalam upaya membumikan Al-Quran untuk peradaban yang lebih baik. Dengan demikian,  manusia tidak akan terperdaya oleh zaman. Ketika zaman rusak: pola intraksi sosial semakin buruk, polarisasi tidak terbendung dan setiap kelompok tidak bisa menahan diri; praktik "preaching hate" menebar kebencian, seorang beriman akan tetap teguh pendirian (istiqamah) pada jalan keimanan. Jalan lurus yang menuntun manusia agar tidak berlaku sombong, angkuh dan merasa superior dari manusia lain.

Karena itu, sangat penting bagi orang beriman untuk senantiasa berpikir maju, meninggalkan kejumudan dan beragama dengan nalar artistik; nalar yang benar, nalar yang bebas dari ilusi, dogma, asumsi sesat dan kesombongan intektual.

Ibn Rusyd, salah satu filsuf terkemuka di dunia islam yang memberi bantahan terhadap kritik Al-Ghazali secara elegan melalui karya tulisnya Tahafut Al-Tahafut, adalah contoh dari bernalar yang benar, nalar artistik. Begitulah seharusnya kita mengkritik orang lain, jika apa yang mereka pahami atas sesuatu tidak selaras dengan akal kita. Terkhusus pada proses "counter ideology" bantahan terhadap ideologi tertentu. Haruslah diupayakan dengan cara yang elegan dan berakhlak.

Bukan serta merta mengedepankan amarah, sikap emosional dan demo besar berjilid-jilid. Sebagai salah satu pensyarah terbaik dari karya monumental Aritoteles, Ibn Rusyd sangat perhatian terhadap peran akal dalam membentuk rasionalitas seseorang. dengan tujuan agar manusia mampu memperbaiki diri, menjadi manusia yang bermanfaat dan berguna untuk membangun peradaban manusia. Semua itu akan terwujud, jika manusia bisa mengenal dirinya melalui "Common sense" Akal sehat. Hal ini sejalan dengan hadist  “man 'arafa nafsahu faqad 'arafa Rabbahu”.  Barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya. Karena itu, proses mengenal diri sendiri tidak akan pernah berakhir. sepanjang kita hidup di dunia, dinamika kehidupan menuntut kita untuk terus belajar mengenal diri sendiri; intropeksi diri juga bisa diperoleh dari melihat kesalahan orang lain, lalu merubahnya menjadi kelebihan bagi kita.

Demikian pula, salah satu kehebatan konsep Nalar Artistik adalah kemampuannya dalam memadukan antara akal dan keimanan. Tentunya tanpa mendeskreditkan peran salah satu diantara keduanya. Nalar Artistik tidak pernah memperdebatkan peran antara akal dan keimanan. Jika terdapat doktrin agama yang tidak selaras dengan akal, maka Nalar Artistik akan bekerja secara extra untuk melihat aspek lain untuk meendudukkan keduanya. Nalar pada dasarnya memiliki "kesadaran" yang diperoleh melalui perenungan panjang seseorang terhadap dirinya dan lingkungannya. Karena itu, sangat tidak adil jika dikatakan bahwa akal tidak perlu dipakai (berdialog) dalam proses mengenal dzat Allah swt dan segala ketidakterbatasannya.
Kita harus bisa menerapkan nalar artistik untuk kesadaran spiritual yang mampu membimbing kita pada jalan Tuhan: Kedamaian, keadilan dan keseimbangan.


Kedua, Ibadah Artistik.

Ibadah Artistik adalah uangkapan yang mengarah pada praktik peribadatan secara proporsional, kontekstual dan sensical (relevan).

Ada keterkaitan penuh antara nalar artistik dan ibadah artistik. Keduanya merupakan konsep dan gagasan revolusioner sebagai "tool" alat untuk menjadi hamba Tuhan yang sehat secara mental dan spiritual. Ibadah dalam Ajaran Islam, harus memenuhi unsur artistik, konstruktif dan komunikatif. Dengan tujuan agar orang beriman tidak mengalami kejenuhan, sesat pikir dan salah orientasi hidup.

Nabi Muhammad saw pernah mengatakan:

" Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setelah memuji Allah
dan menyanjung-Nya bersabda: "Tetapi aku sholat, tidur, berpuasa, berbuka, dan mengawini perempuan.
Barangsiapa membenci sunnahku, ia tidak termasuk ummatku." Muttafaq Alaihi.

Dalam hadist ini, terdapat konsep yang maha penting "Attawajun" Keseimbangan. Inilah unsur dari Ibadah Artistik bagi orang beriman. Disamping itu, keseimbangan di dalam hidup akan menghindarkan kita dari rasa jenuh, bosan dan galau berkepanjangan. Bahkan sikap "overdose" berlebihan khususnya dalam praktik ibadah, sampai-sampai meninggalkan (melupakan) prioritas: keluarga, bermasyarakat dan sejumlah praktik untuk menunjang inovasi peradaban.

Jika hal seperti ini terjadi, kita akan mengalami kemunduran universal; runtuhnya peradaban besar di dunia ini salah satu penyebabnya: sikap "overdose" berlebihan, melampaui batas dan upaya purifikasi yg dikemas oleh sikap kejumudan seperti ini. Ini mengakibatkan akal yang potensinya bisa digunakan untuk menyingkap tabir kebodohan, secara otomatis terpuruk dalam kebosanan, kemalasan serta ketakutan menghadapai konsekuensi dari perkembangan zaman.

Banyak orang islam beranggapan bahwa belajar ilmu agama lebih diutamakan daripada ilmu yang bersifat keduniawian. Tapi sebenarnya bukan bidang ilmu tertentu yang harus dipermasalahkan, tapi lebih kepada bagaimana cara ilmu diamalkan. Apapun cabang Ilmu yang kita pelajari, jika dengan ilmu itu bisa membuat kita menjadi lebih baik dalam berprilaku, berintraksi sosial dan bisa meningkatkan kualitas ibadah kita kepada "the sustainer" Sang pemelihara: Allah swt. Saat itulah sebenarnya kita telah menerapkan laku Ibadah Artistik yang selama ini banyak dilupakan orang beriman.

Salah satu contoh dari Ibadah Artistik yang dapat kita ambil contohnya: Cara Nabi Muhammad saw memperlakukan seorang Badui yang kencing di masjid. Dahulu, mesjid bukanlah bangunan yang megah seperti sekarang ini. Masjid pada zaman Rasulullah terdiri dari bangunan yang beralaskan tanah. Bagi orang badui buang urine di atas tanah adalah sesuatu yang biasa. Maka ketika Ia melakukannya di masjid Nabi saw tidak lantas marah, walaupun sebagian sahabat dengan emosi ingin mencegah orang badui itu dari kencing di masjid. Pada saat itulah Nabi Muhammad saw menunjukkan kelasnya dalam berislam. Beliau biarkan Badui tadi menyelesaikan hajatnya, lalu menyuruh salah satu pengikutnya mengambil air untuk diberikan kepada si badui.

Begitulah sebenarnya kita berdakwah. Berdakwah secara artistik, proporsional dan sensical; tidak memukul tapi merangkul, tidak marah tapi menebar rahmah  dan tidak benci tapi menebar rasa empati..

“Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka
dengan cara yang lebih baik” (QS. An Nahl : 125).

Demikian pula, Islam mengajarkan umatnya untuk berdakwah dengan hikmah dan kebijaksanaan.Inilah mengapa pada Fakultas Dakwah di Universitas-Universitas diajarkan metode berdakwah secara beretika. Ini merupakan manifestasi dari konsep Ibadah Artistik yang mengedepankan pengajaran dan pembelajaran dengan kebijaksanaan.

Ibadah Artistik, jika dikaitkan dengan tradisi mistik islam "tasawwuf" bisa membentuk kerangka spiritualitas yang menjadi kekuatan bagi orang beriman. Itu karena proses penyingkapan "mukasyafah" yang dipadukan dengan nilai seni. Misalnnya, tarian-tarian sufi, dzikir dengan irama dan shalawat dengan nada bisa menggugah jiwa dan menggetarkan hati saat kita berupaya untuk menempuh jalan menuju Tuhan.

Lagu-lagu religi kekinian juga bisa dikatakan sebagai bentuk dari proses mengenal Tuhan "knowing God" yang pararel dengan konsep Ibadah Artistik. Dalam tradisi mistik islam "tasawuf" orang yang bisa meleburkan diri dalam nada dan irama secara otomatis bisa menuju Tuhan-Nya.

Allah swt berfirman:

"Fattaqullaha Mastatho'tum, Bertakwalah Kepada Allah Semampumu" (Qs. At Taghabun : 16)

Melalui hadist ini kita bisa menemukan konsep Ibadah Artistik; ibadah yang menganjurkan pemeluknya untuk melihat kedalam diri sendiri. Ketika seseorang melihat kedalam dirinya, Ia akan merasakan ketenangan batin, kesadaran spiritual dan penalaran terhadap segala hal secara maksimal. Dengan itu, Ia bisa mengukur kemampuan diri dalam beribadah, bekerja dan berintraksi sosial di masyarakat. Sebagai orang beriman, jangan sampai kita beribadah tanpa tujuan yang jelas, tidak menemukan ketenangan dan peningkatan spiritual yang signifikan dalam hidup kita.

Begitu pula, Konsep Ibadah Artistik juga pernah digagas oleh seorang Kiai Karismatik, Pimpinan Pondok Pesantren Raudatul Talibin. Gusmus ( Musthofa Bisri ). Gusmus membuat karya lukis "berzikir bersama Inul". Lukisan itu mengilustrasikan tentang sosok wanita yang berjoget lalu dikelilingi sejumlah Kiai-kiai yang sedang berzikir. Banyak orang yang menganggap lukisan Gusmus tidak layak untuk dipublikasikan di masyarakat. Apalagi sebagai seorang Kiai hal seperti ini jarang terjadi. Tapi disinilah sebenarnya Gusmus menunjukkan kelasnya. Ibadah Artistik terwujud dalam diri Gusmus, Ia melihat Ibadah dari aspek seni,artistik; lebih tepatnya membentuk pararelitas antara seni dan ibadah, agar ibadah: zikir tidak hanya bersifat materi "kedagingan" tanpa jiwa dan ruh. Jadi, zikir sebagai sarana mengenal Allah swt haruslah steril dari bayang-bayang hasrat duniawi, syahwat kefanaan dlsb. Semua itu karena ketika manusia terlalu berorientasi pada hal-hal material, manusia akan menjadi budak kesenangan duniawi; tidak merasa cukup dan lupa bersyukur kepada Allah swt.

Sebagai penutup. Mari kita budayakan berseni untuk keimanan. Dengan demikian, kita akan merasakan kedamaian dalam beribadah dan segala praktik peribadatan yang kita lakukan, orang-orang yang ada disekeliling kita juga merasa nyaman. Karena beribadah tanpa seni "Ibadah Artistik" bisa meresahkan masyarakat, membuat orang lain tidak nyaman dan  bahagia.

Robby Andoyo

COMMENTS

BLOGGER
Nama

Akhlak Islam Artikel Hikmah Artikel Islami Menarik Cerita Renungan Inspiratif Contact ME Exchange Dofollow Links Falsafah Kehidupan Filosofi Kang Robby Ideologi Keberagaman Kajian Islam Modern Kang Robby Kata Mutiara Islam Kata-Kata Hikmah Kitab Klasik Pengembangan Diri Puisi Cinta Terbaru Puisi Inspiratif Puisi Islami Inspiratif Puisi Religi Ulama Klasik
false
ltr
item
Blog Kang Robby: Nalar, Ibadah Artistik
Nalar, Ibadah Artistik
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-VHHgSfSCCiuvuADB1MGXhyphenhyphenAz46T146L7Jn-DzYVj9tM04ZVk49Q2jyclq1PgDFQp7MjI0m1QDRTfxBHQnUw45hEyH_W12EIfyu4wmCnZTbA1gA2Ux5dbkuC3OsAaJLy9KgkqJcf8AFw/s320/Gaya-Hijab-Untuk-Jalan-jalan.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-VHHgSfSCCiuvuADB1MGXhyphenhyphenAz46T146L7Jn-DzYVj9tM04ZVk49Q2jyclq1PgDFQp7MjI0m1QDRTfxBHQnUw45hEyH_W12EIfyu4wmCnZTbA1gA2Ux5dbkuC3OsAaJLy9KgkqJcf8AFw/s72-c/Gaya-Hijab-Untuk-Jalan-jalan.jpg
Blog Kang Robby
http://robbie-alca.blogspot.com/2017/07/nalar-ibadah-artistik.html
http://robbie-alca.blogspot.com/
http://robbie-alca.blogspot.com/
http://robbie-alca.blogspot.com/2017/07/nalar-ibadah-artistik.html
true
3328551387479627982
UTF-8
Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy