Berislam di Zaman Now

Zaman Now adalah istilah yang disosialisasikan oleh netizen generasi milenial saat ini. Istilah "zaman now" memuat berbag...






Zaman Now adalah istilah yang disosialisasikan oleh netizen generasi milenial saat ini. Istilah "zaman now" memuat berbagai macam dimensi: sosial, politik dan agama. Maka, tidak heran jika pada saat sekarang ini banyak berseliweran "meme" yang unik; menggambarkan "rasa" kehidupan di zaman Now. Misalnya: ada "meme" tentang "Ulama" Zaman Old dan "Ulama" Zaman Now. "Ulama" zaman Old memiliki karya berjilid-jilid: Ibn Khaldun, Ibn Rusyd, Ibn Sina, Imam As-syatibi dlsb.

"Ulama" zaman Now identik dengan menggerakkan aksi "berjilid-jilid". Apa manfaatnya?
selain mengganggu kenyamanan orang lain? jika ingin mempersatukan umat, apakah harus
mengadakan orasi dengan tujuan politis?

Alangkah indahnya jika "ulama" zaman now mendidik umat agar berduyun-duyun melakukan
aksi membaca di perpustakaan. Selain bisa menambah wawasan, budaya membaca bisa mendidik
umat ini untuk tidak emosional dalam menyikapi setiap persoalan yang mereka temui di masyarakat.

Begitu pula, ada "meme" yang menggambarkan, 'ulama'zaman now suka mengumbar kemesraan
berpoligaminya di ruang publik; facebook. Sedangkan Ulama zaman old, tidak pernah menunjukkan
sisi kecintaannya terhadap dunia, Ulama zaman old lebih memfokuskan diri dengan karya-karya
monumental yang akan mereka wariskan kepada generasi yang akan datang. "meme" walaupun
hanya berupa gambar disertai dengan tulisan-tulisan "nyelekit" menusuk kalbu. Bahkan terkadang
cenderung menyakiti hati bagi orang yang tidak kuat mental.

Tapi kita harus realistis; mau memahami. Tradisi "meme" seperti inilah yang terus abadi sepanjang masa. Khususnya di zaman  yang serba "open" terbuka atas segala hal. Bahkan kecepatan mengalirnya informasi saat ini lebih cepat dari kilat petir yang menyambar (untuk tidak mengatakan tidak bisa dibendung). Inilah zaman kebebasan berekspresi, mengutarakan apa yang dirasakan dan mengkritik untuk kemaslahatan.

Adapun yang ingin saya kaji pada tulisan kali ini, masih berkaitan dengan istilah "zaman now". Tapi saya akan mengkontekstualisasikan istilah ini dalam cara umat Islam hidup di zaman modern. Sekarang, bagaimana cara berislam di zaman now?

Pertama, "melek teknologi" Akrab dengan Media Sosial.

Dahulu, pada awal-awal kemunculan internet. Mungkin orang belum mengerti tentang media sosial.
Sebelum Markzuckerberg mendirikan Facebook Inc. Para generasi milenium mungkin belum melupakan "friendster" sebuah perusahaan yang memiliki tujuan yang sama seperti facebook. Tapi, karena kehadiran facebook yang memiliki fitur yang canggih dan kekinian, perusahaan ini harus rela
untuk mundur dari persaingan di dunia media sosial.

Dahulu, mungkin kita menganggap media sosial adalah alam maya yang tidak berkonsekuensi. Tapi saat ini, berapa banyak aktifis media sosial "tercyduk" dan telah menjadi tersangka atas kejahatan cyber. Seperti, organisasi Saracen yang bergerak memproduksi berita-berita hoax, ada juga aktifis media sosial Jonru Ginting yang saat ini telah menjadi tersangka ujaran kebencian yang dilaporkan oleh Muannas Alaidid.

Jadi, kita tidak bisa menganggap media sosial itu alam tanpa hukum. Apalagi kehadiran Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau Undang Undang nomor 11 tahun 2008 atau UU ITE. Undang-undang ini mengatur tentang informasi serta transaksi elektronik, atau teknologi informasi secara umum. Atas dasar UU ITE seseorang bisa dilaporkan  karena  melakukan perbuatan, Misalnya: Pencemaran nama baik, Penghinaan SARA (suku, agama, ras dan antargolongan).

Artinya, kita tidak bisa sesuka hati menunjukkan ketidaksukaan kita terhadap orang lain dengan menghina, menista dan menyebar berita hoax terhadap orang lain. Karena itu, agar bisa menjadi muslim yang baik di era modern. Kita harus akrab dengan media sosial.

Ini bukan berarti, kita harus aktif bermain media sosial setiap saat. Tapi yang saya maksud disini, kita harus bisa memahami realitas setiap arus informasi yang ada. Bahkan kita harus bisa membedakan antara media digital mainstream dan antimainstream. Mengikuti berita-berita yang digagas media mainstream jauh lebih baik daripada kita membaca berita dari media "abal-abal" yang tidak jelas sumbernya. Hal seperti inilah yang membuat kita "cerdas" membedakan mana berita yang ditulis
berdasarkan fakta, dan berita mana yang dipublish hanya berdasarkan asumsi belaka.

Demikian pula, Jangan sampai karena kita tidak memahami realitas sosial zaman now. Kita terjembab doktrin sektarianisme, dan rasisme yang pada akhirnya membuat kita tidak bisa bernalar dengan benar. Karena orang-orang yang sudah bisa hidup dalam kotak-kotak, sekat-sekat dalam golongan tertentu. Bertendensi untuk bersikap skeptis dan curiga terhadap orang lain. Dengan "melek teknologi" kita bisa akrab bermedia sosial. Tokoh seperti KH Ahmad Mustofa Bisri yang sudah sepuh pun masih akrab dengan media sosial.

Sikap tokoh seperti ini yang sudah seharusnya kita ikuti. Setiap hari Jumat beliau mempostig twit yang bisa menambah jiwa religiusitas kita. Ini sangat baik dan harus ditiru oleh orang-orang yang memiliki kompetensi dibidangnya. Agar masyarakat kita bisa semakin cerdas dan tidak mudah
terprovokasi oleh ulah oknum-oknum tertentu yang hanya melihat sesuatu berdasarkan kepentingan politis dan "mempermainkan" isu agama tanpa hasrat untuk mendidik masyarakat secara baik.

Kedua, Mengikuti Ulama Otoritatif dengan Kompetensi Yang Mumpuni dibidangnya.

Berbicara tentang Ulama, kita mungkin akan disungguhkan oleh begitu banyak pilihan. Tapi ketika yang menjadi rujukan adalah Ulama-Ulama Otoritatif; yang mempunyai ilmu yang dalam sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Tentu tidak sebanyak apa yang kita pikir. Ulama Otoritatif adalah sarjana-sarjana Islam yang memiliki kompetensi dalam cabang Ilmu yang digelutinya. Misalnya, Prof Dr Quraish Shihabb. Seorang alim yang bertahun-tahun larut dalam diskursus Ilmu tafsir sehingga beliau memahami setiap cakrawala makna dari ayat-ayat Al-Quran dan mengintrepertasikannya sesuai dengan konteks zaman. Ini hanya satu contoh dari ulama otoritatif. Masih banyak sarjana-sarjana Islam yang mempunyai pandangan keislaman yang "tawassut" moderat dan memiliki "insight" 'Islam Rahmata Lil Alamin'. Ulama-ulama seperti itu yang harus kita jadikan teladan. Bukannya orator di atas panggung yang hanya memproduksi kebencian terhadap golongan
dan umat agama lain.

Salah satu ciri khas ulama otoritatif adalah panacaran kesejukan yang dihadirkan oleh wawasannya
yang begitu luas. Ulama otoritatif tidak pernah bersikap provokatif, menghina orang yang berbeda
dan merendahkan ajaran agama lain. Mereka merasa bahwa hidup dalam keragaman adalah "sunnatullah" yang tidak perlu dipermasalahkan. Kita boleh menganggap agama kita benar tapi kita tidak boleh menghina ajaran agama orang lain. Itulah yang diajarkan Al-Quran pada kita.

"La Ikraha Fi Addin"

Artinya: Tidak ada paksaan dalam beragama.

Pada zaman sekarang ini, tidak semua orang yang diundang untuk berbicara di forum-forum keagamaan dan majlis-majlis adalah alim; ulama otoritatif. Bahkan ada orang yang tidak memiliki kompetensi keagamaan yang memadai berbicara tentang syaria't dan hukum-hukumnya. Tentu hal seperti ini tidak baik, selain bisa memberi pemahaman yang salah kepada masyarakat. Prilaku seperti ini juga bisa meresahkan dan bisa menimbulkan konflik horizontal antargolongan. Misalnya, Fatwa Selfie itu haram. Tentu itu akan menimbulkan keresahan di masyarakat. Bahkan kecaman-kecaman akan ditujuakan kepada orang yang memproduksi fatwa ini. Ada juga, orang yang berkompetensi di bidang studi teologis berbicara tentang hukum Islam. Dan mengatakan, kenduri arwah haram dan membaca yasin untuk orang yang meninggal juga haram.

Tentu fatwa semacam ini tidak baik untuk masyarakat yang masih akrab dengan tradisi dan kearifan lokal seperti masyarakat Indonesia. Mari kita sudahi berfatwa yang menimbulkan keresahan di masyarakat dan membuat rusuhan di media sosial. Alangkah baiknya sebelum memberikan statement terhadap suatu permasalahan sosial, kita harus memikirkan segala konsekuensi yang akan terjadi dan kita juga harus memahami tingkat nalar masyarakat. Jangan sampai ketidaksanggupan suatu masyarakat untuk memahami argumen kita terhadap sesuatu, membuat mereka beringas dan berupaya untuk menjahati kita.

Ali Bin Abi Thalib Pernah Mengatakan,

"'خاطبوا الناس على قدر عقولهم"

Artinya: Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akalnya (pemahaman yang dimilikinya).

Dengan demikian, Tidak bertindak provokatif terhadap organisasi-organisasi yang memiliki paham
konservatif sangatlah dianjurkan. Mengapa? karena organisasi-organisasi seperti itu cenderung memiliki basis masa yang cukup besar. Kita tidak bisa seenaknya saja berbicara tentang pembubaran
organisasi-organisasi yang memiliki basis masa. Karena dampaknya nanti bisa menjadi lebih parah,
Misalnya, Kecenderungan untuk bergerak pada aksi fisik yang tidak diharapkan; terorisme, bom bunuh diri dan segala jenis tindak kejahatan.

Ketiga, Menghargai Segala Bentuk Interpretasi Terhadap Kitab Suci (Al-Quran)

Al-Quran berada di "lauhul mahfuz" sebelum ia berbentuk text yang ditulis oleh manusia. Saat ini
Kitab Suci Al-Quran dengan mudah bisa dibaca. Sudah ribuan kitab tafsir yang ditulis para sarjana-sarjana Islam di sepanjang sejarah Islam. Ada Kitab Tafsir Klasik dan ada juga Tafsir Kitab Modern.

Mengapa harus ada perbedaan terhadap Tafsir Kitab Suci? Karena setiap zaman memiliki interpretasinya sendiri-sendiri. Zaman dahulu, cara manusia hidup mungkin tidak sekompleks zaman sekarang. Begitu pula, kemajuan sains dan teknologi pada zaman ini membuka ruang yang cukup luas bagi para sarjana Islam dalam mengkontekstualitasikan tafsir kitab suci dengan semangat zaman modern. Artinya, kita harus bisa membuka diri terhadap segala bentuk interpretasi atas ayat-ayat suci. Bukan malah menolak tanpa dasar ilmu yang jelas.

Jika Allah swt saja mengutus setiap zaman ulama pembaharu untuk memberikan pelajaran yang benar kepada umat ini, sudah waktunya kita harus bisa membuka diri dan tidak merasa paling benar
atas segala yang kita pahami. Karena boleh jadi kebenaran memiliki dua sisi. Mungkin kita berada pada sisi yang berbeda sehingga kita terhijab dan tidak bisa merasakan kebenaran yang dilihat orang lain. Berkenaan dengan Allah mengutus setiap masa Ulama Pembaharu;

Nabi Muhammad saw bersabda:

“Ø¥ِÙ†َّ اللَّÙ‡َ ÙŠَبْعَØ«ُ Ù„ِÙ‡َØ°ِÙ‡ِ الأُÙ…َّØ©ِ عَÙ„َÙ‰ رَØ£ْسِ ÙƒُÙ„ِّ Ù…ِائَØ©ِ سَÙ†َØ©ٍ Ù…َÙ†ْ ÙŠُجَدِّدُ Ù„َÙ‡َا دِينَÙ‡َا”

“Sesungguhnya Allah akan mengutus bagi umat ini orang yang akan memperbaharui
(urusan) agama mereka pada setiap akhir seratus tahun”

Adapun maksud dari "memperbaharui" adalah Allah swt akan menghadirkan bagi umat ini, ulama otoritatif, memiliki kompetensi yang luar biasa dibidangnya, wara', dan tidak mencintai dunia. Para ulama otoritatif inilah yang menjadi pembaharu, pendidik umat yang ikhlas dalam memberi pelajaran tentang cara berislam yang benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.

Jadi, nantinya dari para ulama ini akan lahir karya tafsir yang pasti memiliki perbedaan. Kita sebagai umat yang berislam di zaman now, harus bisa menghargai segala jenis tafsir terhadap text kitab suci. Karena  walaupun di dunia ini sudah ribuan tafsir ditulis, dikaji dan dipelajari; tetap saja semua tafsir-tafsir itu belum bisa menyingkap segala cakrawala makna yang diinginkan oleh Allah swt. Karena pada dasarnya, sekeras apapun usaha manusia untuk membuka tabir, rahasia ketuhanan melalui pendekatan interpretatif, tidak akan mungkin manusia bisa membuka tabir ketuhanan. Intinya apa?

Kita harus realistis terhadap ilmu yang kita miliki. Allah hanya memberi kita ilmu yang sedikit.
Tidak mungkin dengan ilmu yang hanya sedikit (dalam pandangan Tuhan) kita merasa paling pintar atas segalanya; menganggap pemahaman manusia lain sesat dan menyesatkan, padahal kita belum tahu akhir dari perjalanan hidup kita di dunia ini.

Sebagai penutup dari tulisan ini, berislam di zaman now hanyalah sebuah upaya dari saya untuk memberikan solusi agar bisa menjadi muslim yang cerdas berpikir dan bersikap. Khususnya pada zaman now; begitu banyak penghalang untuk bisa mengamalkan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Kita bisa melihat, bagaimana wajah Islam dihiasi oleh ulah-ulah oknum berjubah agama, mempolitisasi ayat-ayat suci hanya untuk kepentingan politik dan duniawi semata. Semoga Allah swt menjaga kita dari prilaku yang jahat seperti itu.

Terimakasih

Semoga bermanfaat

Robby Andoyo

COMMENTS

BLOGGER
Nama

Akhlak Islam Artikel Hikmah Artikel Islami Menarik Cerita Renungan Inspiratif Contact ME Exchange Dofollow Links Falsafah Kehidupan Filosofi Kang Robby Ideologi Keberagaman Kajian Islam Modern Kang Robby Kata Mutiara Islam Kata-Kata Hikmah Kitab Klasik Pengembangan Diri Puisi Cinta Terbaru Puisi Inspiratif Puisi Islami Inspiratif Puisi Religi Ulama Klasik
false
ltr
item
Blog Kang Robby: Berislam di Zaman Now
Berislam di Zaman Now
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSnH3ztumBNibNx7rTEK7k34k0-F2kudm14TltXpiqzxyldSDEv8snUpaCdjckMKyQrIPXB01T-dvCBCMtoMoKvDPEaWLpQx5tf-oY5k0or4NuMm-V-hi6aseZHhVlVm5Cmg4PoA43tz0/s320/5700a9908ab24-7-muslimah-cantik-dengan-profesi--menantang-ini-nggak-kalah-dari-kaum-pria_663_382.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSnH3ztumBNibNx7rTEK7k34k0-F2kudm14TltXpiqzxyldSDEv8snUpaCdjckMKyQrIPXB01T-dvCBCMtoMoKvDPEaWLpQx5tf-oY5k0or4NuMm-V-hi6aseZHhVlVm5Cmg4PoA43tz0/s72-c/5700a9908ab24-7-muslimah-cantik-dengan-profesi--menantang-ini-nggak-kalah-dari-kaum-pria_663_382.jpg
Blog Kang Robby
http://robbie-alca.blogspot.com/2017/10/berislam-di-zaman-now.html
http://robbie-alca.blogspot.com/
http://robbie-alca.blogspot.com/
http://robbie-alca.blogspot.com/2017/10/berislam-di-zaman-now.html
true
3328551387479627982
UTF-8
Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy