Film The Santri, walaupun belum selesai penggarapannya, sudah banyak menuai kontroversi. Penyebabnya adalah komentar-komentar dan tan...
Film The Santri, walaupun belum selesai penggarapannya, sudah banyak menuai kontroversi. Penyebabnya adalah komentar-komentar dan tanggapan-tanggapan Ustadz kondang seperti, Abdul Shomad, Buya Yahya dan Felix Siauw.
Apa yang dikritik dari Film The Santri?
Adanya cuplikan Wirda Mansur dan Veve Zulfikar mengunjungi Gereja dengan membawa Nasi Tumpeng sebagai "The Sign of love". Tanda Cinta; untuk menghargai keberagaman. Di samping itu, para pengkritik Film The Santri ini, (walaupun hanya trailer nya saja ) mereka tidak suka dengan adanya cuplikan santri Pria dan Wanita berjalan bersama.
Memang Film ini belum diliris dan akan diliris bertepatan pada hari santri. Tapi kehebohan yang terjadi di media sosial menginterpretasikan seakan-akan Film ini layak diboikot, dilarang dan dijauhi.
Apakah harus seperti itu cara kita menyikapi film ini? Tentu Tidak.
Apalagi Film ini merupakan kerjasama antara NU Channel dan Livi Zheng seorang yang cukup dikenal dalam industri Film Hollywood. Bahkan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj juga turut mempromosikan Film The Santri. Ia mengatakan, " Film The Santri adalah Film tentang keberagaman dan perjuangan." Di dalamnya terdapat spirit Islam yang Toleran, damai dan cinta keberagaman.
Adapun terkait cuplikan orang Islam masuk Gereja, tidak perlu dipermasalahkan. Dalam kajian Fiqih. Madzhab Hanafi berpendapat Makruh bagi seorang Muslim masuk Gereja,
Madzhab Syafi'i berfatwa, haram kecuali mendapat izin dari mereka. Jadi, jika orang muslim mendapat izin untuk masuk Gereja dari orang non-muslim berarti hukumnya "mubah" boleh.
Sedangkan dalam madzhab Hambali boleh memasukinya Gereja tapi makruh memasukinya ketika didalamnya terdapat gambar.
Tentu perbedaan madzhab para ulama tidak datang dari ruang hampa. Ada hal-hal lain yang mendasari permasalahan ini. Tapi secara menyeluruh hukum seorang muslim memasuki Gereja adalah boleh;
Tidak haram. Yang dilarang adalah ikut melakukan ibadah sakral bersama orang non-muslim. Itu jelas-jelas dilarang. Bahkan Grand Syaikh Al-Azhar juga pernah memasuki Gereja hanya sekedar menghormati Keberagaman.
Tidak haram. Yang dilarang adalah ikut melakukan ibadah sakral bersama orang non-muslim. Itu jelas-jelas dilarang. Bahkan Grand Syaikh Al-Azhar juga pernah memasuki Gereja hanya sekedar menghormati Keberagaman.
Dalam sebuah riwayat dikatakan, ketika Umar bin Khattab pergi ke Syam. Umat kristiani melakukan upaya penghormatan dan jamuan di Gereja. Tapi Umar bin Khattab menolak untuk datang. lantas Umar memerintahkan Ali untuk pergi.
Maka Ali pun pergi dan menghadiri jamuan orang-orang kristiani dan menyantap hidangan yang disediakan. Ini membuktikan bahwa masuk Gereja bagi seorang muslim bukanlah hal yang dilarang.
Adapun persoalan Umar bin Khattab yang tidak datang saat diundang di Gereja bisa ditafsirkan sebagai mencegah kerusakan. Takut jika orang Islam akan memahami boleh merebut gereja dan merubahnya menjadi mesjid. Jika itu terjadi, Umat Islam akan dikenal oleh sejarah sebagai umat yang tidak toleran dan cinta perdamaian.
Sebagai penutup, Banyaknya komentar negatif terhadap film ini tidak hanya dari faktor Trailer resminya semata. Tapi para pengkritik ini banyak orang-orang yang terlanjur tidak suka terhadap pemeran filmnya; Wirda dan lain-lainnya. Apalagi film ini juga mendapatkan dukungan dari Ketua Umum PBNU KH said Aqil Siradj, yang sampai saat ini banyak kelompok Islam tertentu yang tidak "respect" terhadap beliau.
Film adalah sebuah karya seni. Karya seni apapun yang didalamnya sarat dengan pesan moral, mengajarkan perdamaian dan persaudaraan. Semua itu sesuai dengan inti dan pokok ajaran Islam. Janganlah menjadi orang hipokrit "munafik" yang dibalut dengan agama. Tidak ada Film yang sempurna, tapi Pesan yang ada didalam setiap film itu yang pada akhirnya menjadi pembeda.
Mungkin para pengkritik itu ada yang menggemari film Marvel, DC dan dan bahkan Film Korea. Yang didalamnya dipenuhi dengan interaksi tidak islami.
Apakah sebuah keharusan film-film itu juga diboikot?
Tentu tidak. Karena apa yang kita nikmati dari seni perfilman adalah nuansa seninya, hikmah didalamnya dan teknologi artistik yang dimunculkan dalam setiap adegan yang ada.
Jangan sampai memfatwakan film the Santri haram karena sejumlah cuplikan. Tapi diri sendiri masih menggemari film-film di bioskop yang banyak tidak islami.
Dunia yang kita tempati, selamanya tidak akan bisa seperti yang kita impikan.
Kebaikan dan keburukan adalah sebuah realitas hidup yang ada didepan mata kita setiap saat . Itu tidak akan pernah berubah sampai kapanpun. Sebagai orang beragama, kita boleh tidak sejalan dengan nilai-nilai yang diyakini oleh orang lain. Tapi untuk menghujat, menghakimi dan merendahkan bukanlah tugas kita. Kita hanya perlu tetap berbuat baik dan berpikir jernih.
Perbedaan mungkin membuat kita tidak nyaman. Tapi perbedaan juga adalah sebuah keniscayaan yang harus dijalani dengan kesabaran.
Terimakasih sudah membaca..
Robby Andoyo