Mengawali Tahun 2020 beberapa kawasan di Jakarta terendam banjir yang cukup deras. Jabodetabek ( Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan...
Mengawali Tahun 2020 beberapa kawasan di Jakarta terendam banjir yang cukup deras. Jabodetabek ( Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi ) adalah kawasan yang terkena banjir. Menurut beberapa kalangan, banjir di Jakarta pada awal tahun ini merupakan yang cukup besar jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Kita juga melihat di beberapa tayangan video, tepatnya di Ciledug. Sebuah Mobil berwarna hitam tampak terhanyut arus banjir yang begitu deras.
Kita juga melihat di beberapa tayangan video, tepatnya di Ciledug. Sebuah Mobil berwarna hitam tampak terhanyut arus banjir yang begitu deras.
Melihat dari video-video yang disiarkan secara langsung dibeberapa stasiun televisi; para Tentara, Polisi dan Basarnas bahu-membahu mengevakuasi korban banjir.
Saya melihat beberapa anak-anak masih asik bermain-main dalam genangan air yang ada sambil bermain bola, ada juga seorang ibu yang menggendong bayinya melewati genangan air dan seorang ayah yang membimbing beberapa anak-anak nya untuk melewati genangan air dari sisa arus banjir.
Siapapun yang melihat tayangan seperti ini pasti ingin mengutarakan apa yang terlintas dipikiran.
Apa sebenarnya hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dari musibah yang terjadi?
Pertama, memulai hidup dengan aturan.
Setiap musibah alam yang terjadi, sebenarnya merupakan ketidakmampuan manusia untuk hidup sesuai dengan aturan. Begitu banyak orang yang tidak peduli terhadap keselamatan orang lain dengan membuang sampah sembarangan dan merusak kelestarian alam.
Beberapa pengamat mengatakan, banjir yang terjadi di Jakarta merupakan manifestasi dari sikap dan perbuatan
segelintir manusia yang tidak berotak.
segelintir manusia yang tidak berotak.
Orang-orang ini tidak paham bagaimana mekanisme hukum alam bekerja.
Misalnya, beberapa banyak para konglomerat mengeksploitasi kawasan puncak Bogor untuk membangun villa-villa yang mewah yang cukup banyak, tanpa memiliki aturan kontuksi yang benar.
Sehingga akhirnya menimbulkan masalah seperti banjir. Begitupula, bangunan-bangunan di kawasan yang sering dihentam banjir, juga tidak memiliki standar kelayakan.
Sehingga akhirnya menimbulkan masalah seperti banjir. Begitupula, bangunan-bangunan di kawasan yang sering dihentam banjir, juga tidak memiliki standar kelayakan.
Karena itu, mari kita hidup sesuai dengan aturan. Musibah itu terjadi bukan karena Tuhan murka terhadap umatnya, tapi manusia terkadang lupa bahwa alam memiliki hukumnya sendiri. Manusia yang enggan mengikuti aturan, pada akhirnya akan dihukum oleh hukum alam itu sendiri.
Jadi, what next?
Beberapa kalangan yang mengkaitkan bencana ini dengan kemarahan Tuhan. Dengan bangga memposting sebuah "meme" dan gambar yang membangun narasi bahwa musibah banjir terjadi karena pada malam tahun baru orang-orang melemparkan kembang api ke langit, dan sebagai konsekwensinya Tuhan melempar kembali hujan deras yang menyebabkan bencana banjir di Jabodetabek.
Apakah pendapat seperti ini bisa diterima akal sehat??
Tentu tidak. Narasi seperti ini adalah bentuk dari kemunduran berpikir secara sistematis dan logis. Sekilas, memang tampak seperti pendapat yang sarat dengan nilai-nilai religiusitas. Tapi, jika kita melihat dengan ilmu, pendapat ini bisa dikatakan tidak tepat. Untuk tidak mengatakan pendapat yang konyol.
Dunia kita saat ini dipenuhi dengan orang-orang yang hanya bisa membagikan berita tanpa membaca dan berpikir. Karena itu, tanggungjawab kita adalah terus-menerus melakukan kritik dan mengupayakan perbaikan agar masyarakat semakin cerdas dan berpikir dengan baik.
Jadi, what next?
Beberapa kalangan yang mengkaitkan bencana ini dengan kemarahan Tuhan. Dengan bangga memposting sebuah "meme" dan gambar yang membangun narasi bahwa musibah banjir terjadi karena pada malam tahun baru orang-orang melemparkan kembang api ke langit, dan sebagai konsekwensinya Tuhan melempar kembali hujan deras yang menyebabkan bencana banjir di Jabodetabek.
Apakah pendapat seperti ini bisa diterima akal sehat??
Tentu tidak. Narasi seperti ini adalah bentuk dari kemunduran berpikir secara sistematis dan logis. Sekilas, memang tampak seperti pendapat yang sarat dengan nilai-nilai religiusitas. Tapi, jika kita melihat dengan ilmu, pendapat ini bisa dikatakan tidak tepat. Untuk tidak mengatakan pendapat yang konyol.
Dunia kita saat ini dipenuhi dengan orang-orang yang hanya bisa membagikan berita tanpa membaca dan berpikir. Karena itu, tanggungjawab kita adalah terus-menerus melakukan kritik dan mengupayakan perbaikan agar masyarakat semakin cerdas dan berpikir dengan baik.
Kedua, Hidup harus saling tolong menolong.
Musibah banjir yang melanda Jakarta. Hendaknya bisa menyadarkan kita tentang arti sikap tolong menolong. Di Media Sosial, seringkali kita melihat beberapa orang yang saling merendahkan orang lain karena perbedaan politik dan ideologi. Bahkan, terkadang cemoohan demi cemoohan terkesan begitu sadis.
Misalnya, beberapa banyak orang-orang yang mencemooh kinerja Gubernur Jakarta saat ini, yang dianggap tidak mampu mengatasi banjir untuk tidak mengatakan tidak becus?
Ada yang mengatakan, kinerja Anis Baswedan dalam mengatasi banjir tidak lebih baik dari Gubernur Jakarta sebelumnya. Dalam sebuah tayangan video,
Anis Baswedan pernah mengatakan,
"Masalah banjir di Jakarta harus diselesaikan dengan cara membuat sumur resapan. Yang selama ini terjadi adalah air dialirkan ke laut; sungai-sungai. Tapi menurut saya, air harus dikembalikan ke asalnya; kedalam Tanah. Hal itu akan terwujud dengan membuat sumur resapan. Penanganan banjir saat ini sudah melanggar sunnatullah." Ujar Anis Baswedan. Begitulah narasi yang saya tangkap dari pidatonya.
Tayangan video ini pun banyak menuai kritik dari beberapa kalangan, terbukti saat ini, arus banjir yang melanda Jakarta tidak mampu diresap oleh tanah. Ia mengalir bagaikan tidak tahu kemana harus berhenti.
Bahkan, beberapa warga yang dilanda banjir mengirimkan pesan berupa Vlog kepada bapak Gubernur, pesan yang terkesan menyindir dan meledek kinerja Bapak Gubernur.
Apapun perdebatan yang terjadi, alangkah baiknya kita berfokus pada solusi. Kita siapkan tekad untuk saling tolong menolong dan membantu. Yang tidak terkena banjir. Hendaklah mendoakan saudara-saudara kita di Jakarta agar bencana banjir ini cepat berlalu.
Ironis, jika dalam situasi banjir yang terjadi ini, ada sekelompok orang yang mempolitisasi bencana banjir hanya untuk merendahkan dan membuat orang lain tampak begitu buruk.
Sebagai penutup, beberapa banyak dari kita yang sibuk dengan urusan negara orang lain, tanpa memikirkan persoalan yang terjadi di negara kita sendiri.
Misalnya, beberapa banyak orang yang mengecam pemerintah atas dasar ketidakpedulian mereka terhadap permasalahan umat Islam di negara lain.
Benarkah demikian?
Benarkah demikian?
Jika kita cermati, orang-orang seperti ini sebenarnya hanya ingin melihat pemerintah selalu salah. Apapun permasalahan yang terkait dengan Negara lain, tidak bisa diselesaikan dalam sekedip mata.
Setiap negara memiliki aturan dan kedaulatan nya sendiri dan Negara lain tidak bisa ikut campur dan mengintervensi sesuka hati.
Alangkah baiknya, jika kita berfokus pada kemaslahatan umat yang ada di Negara kita. Di Indonesia masih begitu banyak orang susah, fakir miskin dan kurang upaya. Mari kita berjuang untuk membantu mereka.
Semoga bermanfaat
Robby Andoyo