Sebagai manusia yang hidup di Era Modern, sudah sepantasnya kita lebih bersahabat dengan zaman. Artinya, pemikiran dan cara pandang kit...
Sebagai manusia yang hidup di Era Modern, sudah sepantasnya kita lebih bersahabat dengan zaman. Artinya, pemikiran dan cara pandang kita terhadap dunia ini harus senantiasa mengarah kepada kemajuan teknologi dan sebuah usaha untuk membangun peradaban umat manusia yang lebih baik. Saat ini, kecenderungan berpikir tertutup semakin marak di masyarakat. Penyebabnya adalah; ketidakmampuan para pengajar agama dalam merelevansi “nash-nash” Al-Quran dengan nilai-nilai universal dari zaman modern.
Misalnya, berapa banyak para pendakwah Islam yang memfatwakan keharaman mengucapkan selamat natal, merayakan ulang tahun dan yang lebih ekstrim merayakan selamat hari ibu juga haram. Menurut saya, fatwa-fatwa semacam ini sebenarnya tidak begitu menarik untuk dibahas. Karena sangat jelas bahwa wilayah “akhkam amaliyah” Hukum Fiqh adalah wilayah yang sarat dengan perdebatan, adu dalil dan argumentasi untuk menunjukkan keabsahan suatu pendapat.
Jadi, terhadap fatwa-fatwa semacam ini, kita tidak perlu terlalu terlena dan terbawa hati. Karena yang terpenting adalah niat yang tulus untuk beragama dengan nalar sekaligus bersahabat dengan zaman.
Apakah kita mampu bersahabat dengan zaman jika kita hanya disibukkan dengan fatwa-fatwa pengharaman hari-hari besar dari tradisi eropa yang bertentangan dengan Islam?
Tentu Tidak. Jika kita hendak bersahabat degan zaman, hal mendasar yang harus kita lakukan adalah merubah cara pandang kita terhadap sesuatu. Orang yang berpikir maju tidak pernah menganggap tradisi orang lain tidak berguna, walaupun ia sebenarnya bertentangan dengan ajaran Islam. Sebagai contoh, dahulu Wali Sogo menyebarkan Islam di Tanah Jawa melalui pendekatan budaya dan tradisi. Bahkan tradisi yang bertentaggan dengan Islam mereka ambil dan dimodifikasi agar selaras dengan nilai inti ajaran Islam.
Seperti Kenduri Arwah yang sebenarnya bukan ajaran Islam. Tapi dimodifikasi dengan baik dengan memasukkan ajaran Islam; mengaji dan makan bersama. Jika makanan-makanan kenduri arwah dijadikan “sesajen” hidangan untuk roh-roh suci di hutan. Kenduri Arwah yang dimodifikasi dengan semangat Islam, tidak menyediakan “sejajen” lagi. Tapi menyediakan makanan-makanan untuk disantap bersama. Inilah sebenarnya tujuan dari para pendakwah Islam dimasa lalu. Mereka bersahabat dengan adat-istiadat setempat demi tujuan besar agar agama Islam bisa membumi dengan ramah sampai kapanpun.
Di Era Modern ini, banyak orang menganggap sebagian dari ayat-ayat Al-Quran tidak relevan lagi terhadap zaman. Karena itu, mereka menganggap Ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang Ilmu pengetahuan sudah usang dan tidak berguna.
Benarkah tidak berguna?
Menurut Saya, pendapat seperti ini sangat tidak tepat. Terjadi perbedaan antara Al-Quran dan pengetahuan modern tidak lantas membuat ayat-ayat Al-Quran yang menarasikan tentang hal tersebut menjadi tidak berguna. Al-Quran yang ada bersama kita saat ini merupakan kitab suci yang diturunkan pada zaman Nabi Muhammad SAW. Karena itu, dalam menerangkan Ilmu pengetahuan Al-Quran berbicara sesuai dengan nalar manusia pada masa itu.
Sebagai contoh, dalam Kitab Suci umat Islam dikatakan, “Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. (QS. Al-Anam : 97)
Jika kita memandang ayat ini dengan nalar modern, kita tentu merasa apa yang diterangkan oleh ayat ini tidak sesuai dengan zaman. Karena saat ini, manusia modern sudah tidak lagi menjadikan bintang-bintang menjadi penunjuk arah. Manusia Modern lebih percaya diri untuk menggunakan Kompas, GPS dan rambu-rambu lalu litas.
Apakah hanya karena hal ini kita mengatakan Ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang Ilmu Pengetahuan tidak relevan lagi?
Jika dikatakan tidak relevan, mungkin bisa diterima. Tapi untuk mengatakan tidak berguna adalah sebuah kesalahan. Seperti yang saya kemukakan pada awal-awal tulisan ini, Al-Quran berbicara kepada manusia sesuai dengan zamannya. Karena itu, kita yang hidup di era modern, harus menjadikan Al-Quran sebagai sumber inspirasi dan penyemangat kita dalam ketaatan dan ketaqwan. Misalnya, dahulu kala hanya dengan menggunakan bintang-bintang sebagai penunjuk arah dan berlayar dilautan. Orang-orang pada masalalu bisa mencari nafkah dan karunia Allah SAW. Tentu kita yang hidup pada zaman modern, dimana kemajuan teknologi begitu pesat. Sangat malu jika kita hidup dengan meminta-minta dan menjalani kehidupan yang tidak berguna.
Sebagai penutup. Mari kita bersahabat dengan zaman melalui Al-Quran. Sebagaimana Al-Quran berbicara sesuai dengan zamannya, mari kita jalani hidup ini degan menjadikan zaman sebagai sahabat kita, bukan musuh yang harus dijauhi. Banyak narasi-narsi Al-Quran yang mengatakan bumi itu datar. Tapi sebenarnya Al-Quran sedang berbicara kepada umat di masa lalu. Jadi, tidak ada yang salah dengan AL-Quran ketika berbicara tentang Ilmu pengetahuan. Yang salah adalah manusia modern, yang berpikiran tertutup dan tidak “melek science” belajar ilmu pengetahuan.
Mereka menganggap apa yang ada di dalam Al-Quran “take for granted” diambil begitu saya. Padahal sangat jelas Al-Quran senantiasa memotivasi umat manusia untuk senantiasa berpikir dan mengkaji alam semesta ini. Bahkan, ada narasi dalam Kitab Suci yang mengatakan, “"wahai golongan jin dan manusia jika kalian sanggup menembus penjuru langit dan bumi maka tembuslah,kalian tidak akan mampu menembhsnya kecuali dengan kekuatan dari allah swt."
Sangat jelas, Kitab Suci memberikan tantangan kepada kita manusia modern untuk melakukan eksplorasi terhadap alam semesta ini. Tidak mengkin manusia bisa memiliki pengetahuan luas jika hidup tanpa ilmu dan kesadaran diri untuk hidup lebih maju. Itulah mengapa Al-Quran seringkali mengingatkan kita bahwa manusia diberi Ilmu hanya sedikit, semua itu agar kita bisa sadar Ilmu Sang Pencipta begitu luas. Kita tidak bisa hidup hanya berpangutangan berharap Ilmu itu jatuh dari langit dan kita genggap dengan mudah tanpa melalui pengorbanan.
Semoga Bermanfaat
Robby Andoyo