Blog kang Robby - Hari ini tangal 23 agustus 2010 ane akan posting cerita renungan Inspiratif, cerita ini tentang kesadaran seorang anak...
Blog kang Robby - Hari ini tangal 23 agustus 2010
ane akan posting cerita renungan Inspiratif,
cerita ini tentang kesadaran seorang anak
yang bernama Ana akan kasih sayang Ibundaya,
yang baca cerita ini insya Allah langsung merinding,
oke langsung saja, Pada malam itu,
Ana bertengkar dengan ibunya.
Karena sangat marah,
Ana segera meninggalkan rumah
tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan,
ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.
Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati
sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya
aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi,
tetapi ia tidak mempunyai uang.
Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama
di depan kedainya, lalu berkata:
“Nona, apakah engkau ingin
memesan semangkuk bakmi?”
“Ya, tetapi, aku tidak membawa uang”
jawab Ana dengan malu-malu.
“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu”
jawab si pemilik kedai. “Silakan duduk, a
ku akan memasakkan bakmi untukmu”.
Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu
mengantarkan semangkuk bakmi.
Ana segera makan beberapa suap,
kemudian air matanya mulai berlinang.
“Ada apa nona?” tanya si pemilik kedai.
“Tidak apa-apa” aku hanya terharu jawab
Ana sambil mengeringkan air matanya.
“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun
memberi aku semangkuk bakmi !
Tetapi… ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku,
mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku
agar jangan kembali lagi. Kau, seorang yang baru kukenal,
tetapi begitu peduli denganku
dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri”
katanya kepada pemilik kedai.
Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana,
menarik nafas panjang lalu berkata:
“Nona, mengapa kau berpikir seperti itu?
Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu
semangkuk bakmi dan kau begitu terharu.
Ibumu telah memasak bakmi
dan nasi untukmu saat kau kecil
sampai saat ini, mengapa kau
tidak berterima kasih kepadanya?
Dan kau malah bertengkar dengannya.”
Ana terhenyak mendengar hal tsb.
“Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu?
Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal ,
aku begitu berterima kasih. Tetapi kepada ibuku
yg memasak untukku selama bertahun-tahun,
aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya.
Dan hanya karena persoalan sepele,
aku bertengkar dengannya.
Ana segera menghabiskan bakminya,
lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya.
Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata
yg harus diucapkan kepada ibunya.
Begitu sampai di ambang pintu rumah,
ia melihat ibunya berwajah letih dan cemas.
Ketika bertemu dengan Ana,
kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah
“Ana, kau sudah pulang. Cepat masuklah,
Ibu telah menyiapkan makan malam.
Makanlah dahulu sebelum kau tidur.
Makanan akan dingin
jika kau tidak memakannya sekarang”
Pada saat itu Ana tidak dapat menahan tangisnya.
Ia pun menangis di pelukan ibunya.
Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih
kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil y
ang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang
yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita,
kita harus ingat bahwa kita berterima kasih
kepada mereka seumur hidup kita
Semoga cerita singkat ini bisamemberikan manfaat
dan menyadarkan kita kembali akan kasih sayang ibu
kepada anaknya. Makasih ya udah baca....
Kang Robby
ane akan posting cerita renungan Inspiratif,
cerita ini tentang kesadaran seorang anak
yang bernama Ana akan kasih sayang Ibundaya,
yang baca cerita ini insya Allah langsung merinding,
oke langsung saja, Pada malam itu,
Ana bertengkar dengan ibunya.
Karena sangat marah,
Ana segera meninggalkan rumah
tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan,
ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.
Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati
sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya
aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi,
tetapi ia tidak mempunyai uang.
Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama
di depan kedainya, lalu berkata:
“Nona, apakah engkau ingin
memesan semangkuk bakmi?”
“Ya, tetapi, aku tidak membawa uang”
jawab Ana dengan malu-malu.
“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu”
jawab si pemilik kedai. “Silakan duduk, a
ku akan memasakkan bakmi untukmu”.
Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu
mengantarkan semangkuk bakmi.
Ana segera makan beberapa suap,
kemudian air matanya mulai berlinang.
“Ada apa nona?” tanya si pemilik kedai.
“Tidak apa-apa” aku hanya terharu jawab
Ana sambil mengeringkan air matanya.
“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun
memberi aku semangkuk bakmi !
Tetapi… ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku,
mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku
agar jangan kembali lagi. Kau, seorang yang baru kukenal,
tetapi begitu peduli denganku
dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri”
katanya kepada pemilik kedai.
Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana,
menarik nafas panjang lalu berkata:
“Nona, mengapa kau berpikir seperti itu?
Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu
semangkuk bakmi dan kau begitu terharu.
Ibumu telah memasak bakmi
dan nasi untukmu saat kau kecil
sampai saat ini, mengapa kau
tidak berterima kasih kepadanya?
Dan kau malah bertengkar dengannya.”
Ana terhenyak mendengar hal tsb.
“Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu?
Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal ,
aku begitu berterima kasih. Tetapi kepada ibuku
yg memasak untukku selama bertahun-tahun,
aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya.
Dan hanya karena persoalan sepele,
aku bertengkar dengannya.
Ana segera menghabiskan bakminya,
lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya.
Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata
yg harus diucapkan kepada ibunya.
Begitu sampai di ambang pintu rumah,
ia melihat ibunya berwajah letih dan cemas.
Ketika bertemu dengan Ana,
kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah
“Ana, kau sudah pulang. Cepat masuklah,
Ibu telah menyiapkan makan malam.
Makanlah dahulu sebelum kau tidur.
Makanan akan dingin
jika kau tidak memakannya sekarang”
Pada saat itu Ana tidak dapat menahan tangisnya.
Ia pun menangis di pelukan ibunya.
Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih
kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil y
ang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang
yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita,
kita harus ingat bahwa kita berterima kasih
kepada mereka seumur hidup kita
Semoga cerita singkat ini bisamemberikan manfaat
dan menyadarkan kita kembali akan kasih sayang ibu
kepada anaknya. Makasih ya udah baca....
Kang Robby