Dua Jiwa dalam Satu Tubuh Ada kalanya, seseorang merasa hidup seperti ruang sempit tanpa jendela. Tidak ada yang tahu bagai...
Dua Jiwa dalam Satu Tubuh
Ada kalanya, seseorang merasa hidup seperti ruang sempit tanpa jendela. Tidak ada yang tahu bagaimana rasanya, karena luka itu terlalu sunyi untuk diterjemahkan. Dalam diam, pertempuran batin terjadi: antara kekuatan dan keletihan, antara harapan dan kehancuran.
Puisi berikut lahir dari ruang-ruang batin yang terombang-ambing. Tentang seseorang yang tak ingin menyerah, meski dirinya sendiri adalah ladang pertempuran.
aku lelah, tapi bukan lemah aku terluka, tapi tetap hidup di dalam sunyi,ada suara tangis yang tidak terdengar ada rasa sakit yang tidak tampak tapi aku merasakannya, dalam-dalam aku ingin menyembuhkan sesuatu yang bahkan tak bisa kusebutkan namanya
jiwaku— bergetar, rapuh, retak aku hadir di setiap gelisahku aku menyatu dalam deritaku aku dan dia: satu tubuh, dua jiwa yang saling menuntut, saling menyiksa Tuhan, di tengah gelap yang tak kupahami aku menengadah— bukan memohon keajaiban, tapi cukup: tenang. kuat. damai. jika jiwaku lemah, tubuh ini runtuh jika jiwaku sakit, hidup ini retak aku tak minta banyak hanya pelukan cahaya-Mu di antara malam-malam yang menggigil Tuhan, aku tak ingin berpaling ke mana pun selain kepada-Mu aku tahu: Engkaulah satu-satunya penyelamat, penyembuh jiwa yang koyak ini aku hidup dengan dua denyut yang tak seirama: satu melukai, satu dilukai satu bertahan, satu menyerah mereka tinggal di tubuh yang sama berperang dalam keheningan Tuhan, satukan mereka bimbing mereka atau… biarkan aku belajar berdamai dengan luka yang tak bisa kulupakan dan jika dunia tak mengerti atau memilih menertawakan biarlah. aku tetap akan berjalan bersama jiwaku yang tak utuh tapi terus mencoba pulang.
Catatan Penutup:
Puisi ini bukan hanya sekadar rangkaian kata—ia adalah pengakuan jujur, doa yang diselipkan dalam bait-bait sunyi, dan harapan yang belum mati. Untuk siapa pun yang sedang berjuang melawan dirinya sendiri, percayalah: tidak apa-apa merasa rapuh, asal tidak berhenti mencari cahaya.