Kucoba Menepis Kelabu.. terhentak dan tertegun malu kumpulan pita-pita terputus mawar-mawar dimakan tikus serpihan kaca membelah hati tetesa...
Kucoba Menepis Kelabu..
terhentak dan tertegun malu
kumpulan pita-pita terputus
mawar-mawar dimakan tikus
serpihan kaca membelah hati
tetesan embun di pagi hari
sapu tangan berisi saksi
tak kan lagi mengemis diri ini
untuk kembali mencari-cari
biarlah aku bersembunyi
sembunyi dibalik Awan ini
Terkadang tertutup terkadang terbuka
terkadang menghilang terkadang ada
seperti hati ini bisa mati dan ada
dibolak-balik kesana dan kesitu
Wahai Yang membolak balikan qolbu
tetapkanlah hatiku untuk negri itu
sobat dulu kau janjikan kita harus bersatu
kita bangun gedung menara seribu satu
Ah mungkin saja engkau lupa
dan aku terlanjur malu mengingatkanya
ah mungkin saja ada kepentingan
dan aku tidak bisa berbuat apa-apa
ah mungkin saja kita sudah tak serasa
dan aku tak mampu menghalang
ah ah ah sampai kapan aku bersembunyi
sampai kamu pergi dan aku masih disini
atau sampai kapanpun kita seperti ini
dulu sama-sama ikrarkan janji
untuk membangun negri
Tapi sudah mulai pudar
dan sudah mulai tak sadar diri
entahlah akupun tak tau
entah apa yang ada di hati kalian
ada perubahan yang mendalam
tega kau cerca aku yang selalu mengalah
terasa sekali pepatah lama itu
tentang air susu dibalas air tuba
sobat masihkah kau ingat saat kita buang waktu
di pelabuhan turap kala senja
saat kita bercerita dengan bangga
tentang qur'an dan cita-cita di lembah nil
dan di sepanjang sungai siak kita tertawa
kita tertawa dapat paspor dan tiket pesawat
sejak itulah ada rasa ikatan saudara antara kita
kita siap bekal dan cukup uang dan kita berdo'a
saat bibir komat-kamit memohon pada Yang Kuasa
akhirnya kita sampai di Cairo gudang ilmu
kita tertawa bertahun-tahun dan lupa cita-cita
kita lupa tentang turap kala senja
Dan sekarang aku rindu dengan impian waktu itu
tapi percuma karena awan sudah aku kecewakan
dan aku coba bersembunyi di balik awan
Awan kala senja berubah hitam dan menangis
Awan tak seelok yang kita lihat dahulu
dan tangisanya membanjiri negri melayu
negri itu teriak "bukan aku minta balasan"
negri itu bercakap "sampai hati dikau"
dan negri itu terus teriak lantang
Nak jangan kejar pangkat dan kedudukan
Nak belajarlah dengan baik
Nak jangan jadi orang sombong
"punya ilmu sikit lagaknya minta ampun"
negri itu mengelus dada dan berkata
"nak jika pangkat dan kedudukan membuatmu
senang dan tenang dalam melangkah
kejarlah ditempat yang lain
Mungkin negri ini tidak cukup ni'mat untukmu.
dan biarlah
Tuhan bersama orang-orang penuntut
dan bertaqwa di negri ini,
Negri ini jika kaya di ni'mati sama-sama
dan jika miskin yuk kita bangun sama-sama "
itulah wasiat negri kita.
Blog Kang Robby Puisi Ini ditulis Oleh: Hermi Faisal. Putra Siak yang saat ini kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo.
" Puisi ini didedikasikan untuk Kawan-Kawan IKMA agar bersama-sama belajar demi membangun negri siak dan bengkalis "
terhentak dan tertegun malu
kumpulan pita-pita terputus
mawar-mawar dimakan tikus
serpihan kaca membelah hati
tetesan embun di pagi hari
sapu tangan berisi saksi
tak kan lagi mengemis diri ini
untuk kembali mencari-cari
biarlah aku bersembunyi
sembunyi dibalik Awan ini
Terkadang tertutup terkadang terbuka
terkadang menghilang terkadang ada
seperti hati ini bisa mati dan ada
dibolak-balik kesana dan kesitu
Wahai Yang membolak balikan qolbu
tetapkanlah hatiku untuk negri itu
sobat dulu kau janjikan kita harus bersatu
kita bangun gedung menara seribu satu
Ah mungkin saja engkau lupa
dan aku terlanjur malu mengingatkanya
ah mungkin saja ada kepentingan
dan aku tidak bisa berbuat apa-apa
ah mungkin saja kita sudah tak serasa
dan aku tak mampu menghalang
ah ah ah sampai kapan aku bersembunyi
sampai kamu pergi dan aku masih disini
atau sampai kapanpun kita seperti ini
dulu sama-sama ikrarkan janji
untuk membangun negri
Tapi sudah mulai pudar
dan sudah mulai tak sadar diri
entahlah akupun tak tau
entah apa yang ada di hati kalian
ada perubahan yang mendalam
tega kau cerca aku yang selalu mengalah
terasa sekali pepatah lama itu
tentang air susu dibalas air tuba
sobat masihkah kau ingat saat kita buang waktu
di pelabuhan turap kala senja
saat kita bercerita dengan bangga
tentang qur'an dan cita-cita di lembah nil
dan di sepanjang sungai siak kita tertawa
kita tertawa dapat paspor dan tiket pesawat
sejak itulah ada rasa ikatan saudara antara kita
kita siap bekal dan cukup uang dan kita berdo'a
saat bibir komat-kamit memohon pada Yang Kuasa
akhirnya kita sampai di Cairo gudang ilmu
kita tertawa bertahun-tahun dan lupa cita-cita
kita lupa tentang turap kala senja
Dan sekarang aku rindu dengan impian waktu itu
tapi percuma karena awan sudah aku kecewakan
dan aku coba bersembunyi di balik awan
Awan kala senja berubah hitam dan menangis
Awan tak seelok yang kita lihat dahulu
dan tangisanya membanjiri negri melayu
negri itu teriak "bukan aku minta balasan"
negri itu bercakap "sampai hati dikau"
dan negri itu terus teriak lantang
Nak jangan kejar pangkat dan kedudukan
Nak belajarlah dengan baik
Nak jangan jadi orang sombong
"punya ilmu sikit lagaknya minta ampun"
negri itu mengelus dada dan berkata
"nak jika pangkat dan kedudukan membuatmu
senang dan tenang dalam melangkah
kejarlah ditempat yang lain
Mungkin negri ini tidak cukup ni'mat untukmu.
dan biarlah
Tuhan bersama orang-orang penuntut
dan bertaqwa di negri ini,
Negri ini jika kaya di ni'mati sama-sama
dan jika miskin yuk kita bangun sama-sama "
itulah wasiat negri kita.
Blog Kang Robby Puisi Ini ditulis Oleh: Hermi Faisal. Putra Siak yang saat ini kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo.
" Puisi ini didedikasikan untuk Kawan-Kawan IKMA agar bersama-sama belajar demi membangun negri siak dan bengkalis "