" Fitnah itu Ibarat kapas yang ditiup angin, kita tidak akan bisa mengumpulkannya lagi jika sudah tersebar jauh entah kemana...
kita tidak akan bisa mengumpulkannya lagi
jika sudah tersebar jauh entah kemana".
Sebuah kisah yang bisa kita ambil hikmahnya
dari seseorang yang bijak dan baik hatinya,
Dikisahkan, ada seorang pedagang
yang sangat sukses dan memiliki harta
yang berlimpah berdagang
keluar kota, Ia sangat di segani
oleh masyarakat di daerahnya
karena pergaulannya yang salah
Si pedagang akhirnya terpengaruh
Dia mulai berjudi dan menghabiskan
hasil jerih payahnya hanya untuk berjudi
akibat selalu sering berjudi si pedagang itu
akhirnya bangkrut, begitu pula
anak istrinya terlantar
dan menjalani hidup yang sulit
Agar masyarakat di derahnya
tidak mengetahui bahwa kebangkrutannya
akibat berjudi dan berfoya-foya,
Dia menebar fitnah kepada sahabatnya
yang baik hati dan sangat bijak,
dan mengatakan bahwa sahabatnya itu
yang telah mengkhianati dia
dan menggelapkan banyak uangnya.
Karena fitnah lebih kejam dari pembunuhan,
maka, Kabar itu semakin hari semakin menyebar,
sehingga sahabat yang bijak dan sangat setia itu
jatuh sakit dan Mereka sekeluarga hidup menderita,
dibenci oleh masyarakat dan dikucilkan dari pergaulan.
Si pedagang tadi akhirnya menyadari akan kesalahannya
dan datang menjenguk sahabat lamanya yang jatuh sakit
dengan maksud untuk meminta maaf atas segala kesalahannya
"Sobat. Sungguh Aku mengaku salah!
Tidak seharusnya memfitnahmu.
Aku menyesal dan minta maaf.
Apakah ada yang bisa aku kerjakan
untuk menebus kesalahan yang telah kuperbuat?"
Dengan kondisi yang semakin lemah, si sahabat berkata,
"Ada dua permintaanku.
Pertama, tolong ambillah bantal itu dan bawalah ke atap rumah.
Sesampainya di sana, koyak bantal itu dan ambillah kapas dari dalam bantal
lalu kau sebarkan keluar sedikit demi sedikit ".
Pertama, tolong ambillah bantal itu dan bawalah ke atap rumah.
Sesampainya di sana, koyak bantal itu dan ambillah kapas dari dalam bantal
lalu kau sebarkan keluar sedikit demi sedikit ".
Walaupun ia tidak mengerti
maksud sahabatnya
dia tetap melaksanakan perintah
agar dosa-dosanya selama inibisa ditebus,
Setelah kapas habis di sebar,
dia kembali menemui laki-laki sahabatnya itu
"Permintaanmu telah aku lakukan,
apa permintaanmu yang kedua?"
"Sekarang, kumpulkan kapas-kapas
yang telah kau sebarkan tadi",
kata si sahabat dengan suara
yang semakin lemah.
dan menjawab dengan sedih,
"Maaf sobat, aku tidak sanggup
mengabulkan permintaanmu ini.
Kapas-kapas telah menyebar kemana-mana,
tidak mungkin bisa dikumpulkan lagi".
Ingatlah baik-baik kawan
"Begitulah fitnah yang telah kau sebarkan
takkan berakhir dengan kata maaf mu
dan penyesalanmu saja, harus ada tindakan
yang berarti untuk memulihkannya" kata si sahabat
"Aku tahu. Engkau sungguh sahabat yang baik hati.
Walaupun aku telah berbuat salah
yang begitu besar tetapi engkau tetap mau
memberi pelajaran yang sangat berharga bagi diriku.
Aku bersumpah, akan berusaha semampuku
untuk memperbaiki kerusakan yang telah kuperbuat,
sekali lagi maafkan aku dan terima kasih sobat".
Dengan suara terbata-bata dan berlinang air mata,
dipeluklah sahabatnya.
Seringkali kita mendengar fitnah
lebih kejam daripada pembunuhan.
dari pepatah yang populer ini
kita bisa mengambil kesimpulan
bahwa Kebohongan tidak berakhir
dengan penyesalan dan permintaan maaf.
Jika kita telah berbuat salah kepada seseorang,
jujurlah dan akui kesalahan kita
jangan limpahkan kesalahan kita
kepada orang lain apa lagi sahabat baik kita
Semoga kita tidak membuat orang lain menderita
tapi membuat orang lain bisa tersenyum dan bahagia
Semoga Cerita Renungan Inspiratif ini bermanfaat Bwat kita semua...
Kang Robby