Orang Yang Aku Kasihi

Sahabat @Blog Kang Robby yang baik hati semoga kita diberi kesehatan dan kelembutan hati untuk bisa mensyukur karunia yang Allah SWT b...

Sahabat @Blog Kang Robby yang baik hati
semoga kita diberi kesehatan dan kelembutan
hati untuk bisa mensyukur karunia yang Allah SWT
berikan. Ada sebuah Cerita Renungan Inspiratif tentang
sayang dan kasih seorang adik untuk kakaknya
Ini adalah kisah tentang aku yang lahir
sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil.
orang tuaku membajak tanah kering kuning,
dan punggung mereka menghadap ke langit.
Aku mempunyai seorang adik,
tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan
yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya,
Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku.
Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku
dan aku berlutut di depan tembok,
"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.
Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara.
Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku,
jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu,
kalian berdua layak dipukul!"
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata,
"Ayah, aku yang melakukannya!"

Ayah Begitu marah dan memukul adikku sampai beliau
kehabisan nafas . Sesudahnya, Beliau duduk
di atas ranjang batu bata kami dan memarahi,
"Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang,
hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang?
Kamu layak dipukul Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami.
Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata
setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung.
Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata,
"Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian
untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut
masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku
ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten.
Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu,
ayah duduk bersama ibu di depan Rumah. Saya mendengarnya memberengut, "
Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik hasil yang begitu baik

" Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas,
"Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata,
"Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi,
telah cukup membaca banyak buku."
Ayah memarahi dan menampar adikku.

"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu lemah?
Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan
saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!
" Dan begitu kemudian ia mengetuk
setiap rumah di dusun untuk meminjam uang.

Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa
ke muka adikku yang membengkak,
dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya;
kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.
" Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang,
adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh
dan sedikit kacang yang sudah mengering.
Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas
di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah.
Sayaakan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku,
dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang.
Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun,
dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen
pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).
Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan,
"Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? A
ku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh,
seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir.
Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman
sekamarku kamu adalah adikku?" Dia menjawab, tersenyum,
"Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir
jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku.
Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya,
dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "
Aku tidak perduli omongan siapa pun!
Kamu adalah adikku apa pun juga!
Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut
berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku,
dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya.
Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi.
Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.
Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kaca jendela yang pecah telah diganti,
dan kelihatan bersih di mana-mana,
aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.
"Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu
untuk membersihkan rumah kita!
" Tetapi katanya, sambil tersenyum,
"Itu adalah adikmu yang pulang awal
untuk membersihkan rumah ini.
Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya?
Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku.
Melihat mukanya yang kurus,
seratus jarum terasa menusukku.
Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya
dan mebalut lukanya. "Apakah itu sakit?
" Aku menanyakannya.
"Tidak, tidak sakit.

Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi,
batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu.
Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja
dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti.
Aku membalikkan tubuhku memunggunginya,
dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.
Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota.
Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku u
ntuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau.
Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu
harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan,
"Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan
adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan.
Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel,
ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.
Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya,
saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer?
Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini.
Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya.
"Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur,
dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu,
berita seperti apa yang akan dikirimkan?"
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah:
"Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"

"Mengapa membicarakan masa lalu?
" Adikku menggenggam tanganku.
Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu.
Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya,

"Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?
" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab,
"Kakakku." Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah
yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD,
ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan
selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari,
Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya.

Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.
Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran
karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya.
Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup,
saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu.
Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.

Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku,
orang yang paling aku kasihi dan berterima kasih adalah adikku.

" Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini,
di depan kerumunan perayaan ini,
air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Sahabat..
Dalam Hidup ini Kasih sayang yang diberikan dengan tulus
akan tumbuh menjadi kekuatan yang luar biasa dalam diri seseorang
kekuatan itu akan memberikan dampak yang baik bagi sekitarnya
maka, mari kita memberi cinta yang kasih yang tulus kepada sahabat kita
saudara kita terlebih kepada orang tua kita.


Jangan pernah kamu menyianyiakan kasih sayang
orang yang selalu setia menolongmu karena
jika orang itu pada akhirnya pergi
kamu akan sangat menyesal karena belum
melakukan sesuatu yang berarti kepada mereka

Keep Smile

Unknow Author

Kang Robby

COMMENTS

BLOGGER
Nama

Akhlak Islam Artikel Hikmah Artikel Islami Menarik Cerita Renungan Inspiratif Contact ME Exchange Dofollow Links Falsafah Kehidupan Filosofi Kang Robby Ideologi Keberagaman Kajian Islam Modern Kang Robby Kata Mutiara Islam Kata-Kata Hikmah Kitab Klasik Pengembangan Diri Puisi Cinta Terbaru Puisi Inspiratif Puisi Islami Inspiratif Puisi Religi Ulama Klasik
false
ltr
item
Blog Kang Robby: Orang Yang Aku Kasihi
Orang Yang Aku Kasihi
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhW8Oqrp-8yR3KcT3SmS6nI0Il6lvNAhrvSFHA7I9-DNY5VfuRmuicrLv7GPTnTZxpsojtsWTUH-k3m-m1LneotZmyCHxD3loR2GIuADXqkyVDJ9R6ReMw_3D4iYTIfig8mEQJDkO-FjZg/s200/4.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhW8Oqrp-8yR3KcT3SmS6nI0Il6lvNAhrvSFHA7I9-DNY5VfuRmuicrLv7GPTnTZxpsojtsWTUH-k3m-m1LneotZmyCHxD3loR2GIuADXqkyVDJ9R6ReMw_3D4iYTIfig8mEQJDkO-FjZg/s72-c/4.jpg
Blog Kang Robby
http://robbie-alca.blogspot.com/2012/02/orang-yang-aku-kasihi.html
http://robbie-alca.blogspot.com/
http://robbie-alca.blogspot.com/
http://robbie-alca.blogspot.com/2012/02/orang-yang-aku-kasihi.html
true
3328551387479627982
UTF-8
Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy