Ibn Athaillah adalah seorang sufi karismatik, mursid spiritual yang menulis buku " Al-Hikam ". Al-Hikam adalah maha karya suf...
Ibn Athaillah adalah seorang sufi karismatik,
mursid spiritual yang menulis buku " Al-Hikam ".
Al-Hikam adalah maha karya sufistik dari perenungan panjang
Sang Sufi. Beliau lahir di Alexandria dengan nama Taj al-Din Abu'l Fadl
Ahmad bin Muhammad bin 'Abd al-Karim ibn Athaillah al-Sakandari al-Syadzili
dan Ia juga mengajar di al-Azhar dan madrasah Mansuriyyah di Kairo.
Jika kita berbica tentang kitab Al-hikam, kita juga harus siap
untuk membuka diri. Membuka diri bukan berarti membiarkan diri
dijamah oleh doktrin konservatif, pemikiran-pemikiran liberatif
dan kelompok-kelompok Islamis fundamentalis.
Tetapi ada sisi lain dari dalam kitab ini yang bisa memukau kita,
membuat diri kita sadar bahwa dalam hidup ini ada dimensi lain
yang harus kita bangkitkan dan lestarikan dalam ruang hampa
di alam materialitas menuju alam hening penuh ketenangan,
zero materi. Itulah Alam Kesucian Jiwa.
Dalam kitab Al-Hikam Ibn Athaillah mengatakan,
" Pekerjaan yang lahir dari hati yang ikhlas takkan sedikit nilainya.
sedangkan pekerjaan yang lahir dari pamrih duniawi tak akan memiliki
nilai yang berarti".
Perkataan Sang Sufi ini menusuk jiwa kita yang kadang kala melupakan
arti sebuah keikhlasan. Segala hal yang kita lakukan sering kali
selalu kita kaitkan dan nilai dengan materi. Seharusnya kita sadar
bahwa yang paling utama dalam setiap tindakan adalah niat yang ikhlas,
tak tergoda dari pamrih duniawi yang melemahkan dan menyesatkan.
Tidak heran jika pekerjaan yang lahir dari niat karena Tuhan,
walaupun sedikit jauh lebih bermakna, sementara pekerjaan yang lahir
dari " sense of materialism " akan merusak nilai pekerjaan kita.
Janganlah kita terperdaya dalam melihat suatu pekerjaan.
pekerjaan yang tampak biasa-biasa saja boleh jadi itulah pekerjaan
yang paling berharga, tapi malah sebaliknya, pekerjaan yang dihiasi
hasrat bermegahan, formalitas berlebihan dan simbol-simbol keangkuhan
akan menjadi pekerjaan yang sia-sia dimata Tuhan.
Mari kita luruskan niat kita masing-masing. Niat yang benar, tepat
semata-mata demi Tuhan, dapat memberikan energi positif dalam diri kita.
Sehingga kita mampu melakukan segala hal dengan kualitas terbaik yang kita miliki.
Seseorang yang memiliki kejernihan hati tidak akan mudah tertipu oleh penampilan luar,
Seseorang yang mata batinnya tajam bisa menembus Alam batin yang kasat mata, tak terlihat
dan sulit disentuh.
Tidak salah jika ada pepatah yang mengatakan, " Don't judge a book by its cover!!".
Jangan melihat buku hanya dari sampulnya saja. karena belum tentu yang tampak diluar
mewakili seluruh kenyataan. Terkadang ada kenyataan dibalik suatu kenyataan. Maka
jauhkan diri dari sifat sombong yang merasa sudah mengetahui segala hal. kita hanya manusia
yang tidak sempurna dituntut untuk terus belajar dari lautan ilmu yang tanpa batas.
kesombongan hanya akan membuat diri kita hancur dan tidak berguna.
Tidak heran jika para sufi senantiasa menghindarkan diri dari sesuatu yang sifatnya
material. Mereka tidak ingin meletakkan dunia dihati mereka, walaupun dunia bisa
mereka raih tapi hati dan jiwa mereka bebas tidak pernah larut dalam kesenangan dunia,
apa lagi diperbudak syahwat kekuasaan. mereka lebih tertarik dengan sesuatu yang sifatnya
rohaniah, kasat mata tapi bisa dirasakan oleh jiwa yang merdeka. Kemerdekaan jiwa bisa
diraih dari pengetahuan akan hakikat, " kenyataan yang sesungguhnya" . Jika kita ingin mempunyai
Ilmu Hakikat sudah semestinya kita harus membiasakan batin untuk tidak terikat dari hal-hal
yang bersifat duniawi.
Sahabat.
Ada sesuatu yang penting yang bisa kita ambil hikmahnya
dari maha karya Ibn Athaillah " Al-Hikam " ini.
Adalah tentang Keutuhan kita sebagai manusia untuk menjadi manusia,
memanusiakan manusia dengan kepedulian kepada sesama.
Ketika menolong orang lain, jangan berfikir tentang balasan
apa yang didapat, Imbalan apa yang akan diterima.
Tetapi bantulah orang lain sepunuh hati tanpa pamrih duniawi.
Sehingga hati kita bebas, merdeka dari jerat-jerat iblis
yang menyamar dalam ruang material yang fana.
Jangan mudah menilai segala sesuatu dari tampilan luar sahaja
biasakanlah diri kita untuk melihat sesuatu dengan 2 dimensi
yang berbeda "relativistik" terhadap unsur-unsur duniawi.
Orang yang beriman selalu melihat saripati dari pada kulit luar
yang suatu saat pasti membusuk.
Semoga bermanfaat..
Kang Robby