Kajian Islam yang akan saya bahas ditulisan kali ini adalah tentang ketika seseorang melakukan kesalahan dalam sebuah proses, tidak lan...
Kajian Islam yang akan saya bahas ditulisan kali ini
adalah tentang ketika seseorang melakukan kesalahan
dalam sebuah proses, tidak lantas bisa langsung divonis
menjadi orang yang sesat dan pasti masuk neraka.
Dalam hidup beragama sering sekali sikap ofensif berlebihan
seperti kafir-mengkafirkan dan sesat-menyesatkan menjadi trend
kehidupan beragama abad ini. Bahkan orang yang ngajinya hanya melalui
syaikh google saja dengan berani memvonis saudaranya sesat dan kafir.
kadang orang-orang seperti ini memberi pebelaan terhadap kebodohannya sendiri
dengan berkata, "pinter-pinter kok kebelinger" sebenarnya
bukan orang yang dituduhnya itu yang bodoh. Tapi sang penuduh itulah
sebenarnya yang belum banyak belajar dan minim pemahaman agamanya.
Ajaran Islam adalah ajaran yang mencakup semua aspek kehidupan manusia,
tapi bukan berarti semua permasalahan kekinian yang hadir dalam hidup kita
ada didalam kitab suci. Mengapa? karena nash atau text itu tarbatas
dan sesuatu yang terbatas itu tidak akan sanggup memuaskan setiap persoalan
dan penemuan mutakhir, seperti DNA, Bio teknologi, Teknologi robotik dan semua
bentuk kemajuan teknologi abad ke 21 yang belum terpikirkan oleh manusia abad ke 7.
Lantas bagaimana kita memposisikan ajaran agama dalam ranah kemanusiaan dan sosial?
seperti dalam hukum pemerintahan, perdagangan dan kemileteran? apakah semua hal
yang didasari oleh hukum alam harus disesuaikan dengan text kitab suci?
atau posisi kitab suci hanyalah sebagai panduan dan cara beribadah kepada sang khalik?
saya akan membahasnya semampu saya.
Sebagian orang berpendapat bahwa ajaran agama tidak bisa dibawa 100 % kedalam kehidupan
sosial manusia. Seperti dalam hukum pemerintahan, perdagangan dan hal-hal sosial lain.
bagi mereka konteks sosial abad ke 7 mustahil akan sama dengan apa yang terjadi di abad ke 21.
Kita ambil contoh, Hukuman bagi pencuri sebagaimana yang tertulis dalam kitab suci
adalah dipotong tangannya, jika hukuman ini dipakai dalam suatu pemerintahan, akan banyak terjadi
protes dimana-mana karena hukuman ini tidak sesuai dengan semangat zaman modern.
Ada golongan lain penganut aliran Islamisme berpendapat bahwa segala hukum
yang tertera dikitab suci wajib diterapkan walaupun dalam penerapannya tidak harus dipaksakan.
Seperti hukum qishash, hudud dan rajam. kaum islamis walaupun mereka berhasrat
menerapkan hukum Islam dalam segala aspek kehidupan, tetap saja mereka wajib
mengikuti aturan yang berlaku dinegara mereka berasal.
Kaum islamis yang hidup dinegara demokrasi-liberal seperti Indonesia tidak mungkin dengan lantang
berteriak, " Terapkan hukum Islam, ganti semua bank-bank konvesional menjadi bank syariah".
ini tidak mungkin terjadi karena bisa melanggar konstitusi. Hukum yang dipakai di Indonesia
adalah hukum positif kecuali dalam hukum keluarga. Begitulah perbedaan terjadi antara kaum nasionalis
atau progresif-nasionalis dan Islamis-konservatif. Walaupun berbeda dari segi pemahaman,
tidak boleh satu golongan mensesat-sesatkan apalagi mengkafir-kafirkan kelompok yang berbeda.
mengatakan salah dan mengkritisi itu lebih mulia dari pada memvonis golongan yang berbeda kafi,
sesat dan masuk neraka. Bahkan Imam syafi'i yang jelas-jelas banyak berbeda dari Imam hanafi
tidak pernah mengatakan sang imam berada dalam jalan yang sesat.
Ajaran Islam yang berkutat dalam persoalan ibadah seperti, salat, puasa dan haji
tidak akan pernah berubah walaupun zaman berubah. Salat yang setiap hari kita lakukan
5 kali tidak mungkin dirubah menjadi 2 atau tiga kali. Begitulah hukum baku dalam Islam
yang mustahil bisa dirubah kecuali oleh orang yang tidak memahami agamanya.
Kang Robby
