Saya tidak akan membahas pengertian ulama secara harfiah. Tetapi yang ingin saya bahas disini adalah bagaimana seharusnya seorang yang...
Saya tidak akan membahas pengertian ulama secara harfiah.
Tetapi yang ingin saya bahas disini adalah bagaimana
seharusnya seorang yang dipandang sebagai ulama harus bersikap.
Hari-hari ini saya melihat begitu banyak orang yang latah
membela figur yang dianggap ulama dan orang suci yg wajib dimuliakan.
para penggemar ini bisa kita sebut sebagai cheerleader garis keras
atau dalam bahasa kekinian disebut kaum konservatif die-hard
yang tetap membela junjunganya dan rela mengorbankan dirinya
demi menjaga orang yang mereka anggap mulia.
Apakah benar kemuliaan seseorang itu hanya bisa didapatkan
dari pengakuan seseorang, masyarakat dan golongan saja?
atau istilah Ulama yang identik dengan sosok orang alim
nan soleh tidak perlu kita umbar-umbar dan ditonjolkan
keruang publik agar kemuliaan itu terjaga dari kesombongan
yang menghancurkan? kalau saya diharuskan untuk memilih
maka saya akan dengan lantang mengatakan, " Ulama adalah
pewaris para nabi, seorang pewaris para nabi tidak akan pernah
menyombongkan diri apalagi latah mendaku dirinya sebagai ulama
yang harus dihormati dan dipuji. Seorang ulama tidaklah perlu
merasa menjadi ulama dengan berpakaian layaknya orang arab,
jenggot panjang, celana cingkrang. Karena semua itu
hanyalah aksesoris semata, Karena yang paling utama adalah
ketaqwaan dan ketawadhuan yang terpancar dari kehidupan sehari-harinya"
Saat ini kita hidup di era Internet yang mewajibkan kita
untuk bersentuhan dengan dunia media sosial, seperti
facebook, twitter dan instagram. Kecepatan berita yang hadir
melalui media sosial tidak mampu dibendung oleh instrumen,
robot dan makhluk apapun didunia ini. Hal ini mengisyaratkan
bahwa dunia maya tidak mutlak menjadi dunia semu yang tanpa
konsekuensi dan tanggung jawab. Tetapi dunia yang kita anggap
maya ini mampu mendongkrak sosok seseorang, disisi lain
juga Dunia Medsos sanggup untuk menghancurkan karakter dan membunuh pribadi
seseorang dengan sangat keji. Kita ambil contoh, Ada seseorang
yang diundang di salah satu stasiun TV berdebat dengan sengit
dengan lawannya. Pada akhirnya dia divonis menjadi orang jahat,
penghina ulama dan tidak layak untuk diikuti oleh orang tertentu.
Beginilah pembunuhan jalannya salah satu pembunuhan karakter itu.
pembunuhan karakter bisa dimulai dari seseorang,
bisa juga dikoordinir oleh kelompok militan yang memiliki ideologi
konservatif-radikal walaupun hanya radikal dalam pemikiran.
Kembali kepersoalan Ulama yang akan kita bahas tadi, saya jadi teringat
pesan dari profesor saya yang berwarga negara Tunisia. Negara dimana
bapak sosiologi lahir Ibn Khaldun. Pada saat beliau memberikan kuliah
singkat tentang Imam Ghazali dan Kitab Al-Mustasfa. Beliau mengutarakan,
Seorang yang dinamakan ulama adalah mereka yang hatinya bersih,
tidak gila akan kuasa, jauh dari perbuatan maksiat dan prasangka,
selalu merasa dirinya hina dimata Allah SWT karena menganggap diri
hina dihadapan sang kuasa akan melenyeapkan kesombongannya.
Apakah mungkin Ulama yang menjadi pewaris para nabi sesuai hadist,
" Al'ulamau wa'rasatu al'anbiyai ".
"Ulama adalah pewaris para nabi". Adalah orang yang selama hidupnya
mengobarkan api permusuhan kepada orang lain? walaupun kepada orang
non muslim? Sungguh, tidaklah pewaris para nabi orang yang memiliki
sifat reaktif-destuktif kepada mereka yang berbeda. Tetapi pewaris
para nabi akan takut berbuat dosa terlebih dosa yang dilakukan
karena kesombongan dan kebencian yang berlarut-larut dalam dirinya.
Wal'lahu A'lam Bishawab.
Kang Robby