Hati Adalah pusat kecerdasan manusia "intelek". Tapi hati yang menjadi pusat kecerdasan disini, bukanlah hati yang berbentuk ...
Hati Adalah pusat kecerdasan manusia "intelek". Tapi hati yang menjadi pusat kecerdasan disini, bukanlah hati yang berbentuk "dzahir" nyata. Melainkan hati yang bersifat ketuhanan, tersirat bukan tersurat dan terasa tapi tak tersentuh oleh panca indra. Bukan maksud untuk mendeskreditkan peran akal bagi manusia, tapi disini saya hanya memposisikan akal sebagai pemimpin yang memerintah sesuai kehendak hati, dan memiliki otoritas terhadap segala tindak-tanduk manusia. Setidaknya ini yang saya pahami dari pembahasan Imam Ghazali dalam karya monumentalnya " Ihya ulumuddin" ketika sang Imam membahas tentang hati.
Sesuai dengan judul artikel ini, menaklukkan Kegelapan Hati. Saya akan membahas kiat singkat, yang insyaallah tidak memerlukan waktu lama untuk memulai langkah awal dalam proses penjernihan hati. Begitulah saya menyebut istilah ini dengan "Revolusi Hati". Karena Hati yang gelap merupakan manifestasi dari noda-noda dosa yang terlalu lama bersemayam dalam kesadaran dan jiwa manusia.
Adapun langkah awal dari menaklukkan kegelapan adalah kewaspadaan. Hidup adalah kewaspadaan. Kewaspadaan diri terhadap segala sesuatu yang melalaikan dalam menuju jalan Tuhan. Sebagai manusia, kita harus berhati-hati, tidak tergesa-gesa dan terpengaruh oleh jerat hawa nafsu yang bisa menjebak diri kita. Sebagai contoh, ada satu kondisi dimana kita kadang sangat jauh dari orientasi dan tujuan utama hidup ini. Kita seolah-olah "terhijab" atau terhalang dari penyingkapan orientasi hidup kita.
Sebagai orang beriman, orientasi terbesar kita adalah Allah swt. Menyembahnya, mengenalnya dan merasakan kehadirannya dalam setiap tarik nafas dan denyut nadi kehidupan kita. Ketika kita mulai lengah, lupa diri dan panik saat menjalani hidup ini. Hendaklah kita memperhatikan kondisi hati. Jangan-jangan hati sudah dipenuhi racun-racun mematikan yang bersumber dari dosa-dosa yang kita lakukan. Banyak Orang yang berbicara tentang "jati diri". Tapi sebenarnya mereka bingung apa sebenarnya jati diri itu sendiri. Jati diri adalah "real-self" yang hanya bisa didapatkan melalui mekanisme "spiritual-approach" seseorang yang sudah selesai dengan bayang-bayang semu dari nafsu keduniawian di alam material. Orang yang sudah menemukan jati dirinya adalah orang yang sudah menjadi diri sendiri. "dare to be yourself" Beranilah menjadi diri sendiri. Keberanian kita untuk menjadi diri sendiri adalah langkah positif-progresif yang mampu memaksimalkan peran kita dalam menyingkap rahasia ketuhanan.
Begitu pula, Dengan menjadi diri sendiri juga, kita akan mampu mengatur rencana yang kita bangun sedemikian rupa agar bisa selaras dengan rencana Tuhan yang maha kuasa. Itu karena orang yang sudah mencapai tingkat spiritualitas yang tinggi secara otomatis mempunyai intuisi yang tajam dan penalaran terhadap gejala sosial yang mengagumkan. Merekalah orang-orang yang "tak terhijab" tidak terhalang oleh kabut alam material dan bayang-bayang kefanaan duniawi.
Itu semua karena tingkat ketaqwaan, kesalihan dan kewaspadaannya melebihi masyarakat umum yang beriman berdasarkan nilai-nilai yang tertanam semasa kecil tanpa mencari lagi cara meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
Dosa, adalah sesuatu yang jika dilakukan seseorang, Ia tidak ingin orang lain melihatnya. Inilah dosa menurut perspektif Islam yang populer di kalangan Muslim. Tapi bagi saya, Dosa adalah kondisi dimana kita kehilangan kewaspadaan terhadap segala hal yang memburamkan tujuan hidup kita. Karena itu, apapun itu, tinggalkan, lupakan dan jangan pernah kita menyesali setiap perbuatan, yang jika dilakukan hanya menambah titik hitam dosa dalam hati dan jiwa kita. Jika itu terjadi, tidak ada lagi kebahagiaan yang kita rasakan, hanya ada kenestapaan dan penderitaan yang tidak berakhir.
Sebagai penutup dari tulisan ini, Mari kita taubat dari segala dosa yang kita lakukan selama ini. Dosa yang disadari atau pun tidak kita sadari. Taubat bukan hanya sekedar aksi sepintas tanpa kesan mendalam, Tapi Taubat yang dimaksudkan adalah kembali ke jalan kesadaran dan kecerdasan "intelek" yang menjadi karunia terbesar Tuhan kepada kita. Mungkin dosa yang kita lakukan akibat kita lengah, tak sadarkan diri dan lalai terhadap perintah Tuhan. Sudahlah, mari kita kembali ke jalan Tuhan, jalan yang lurus, jauh dari pasangka, kebencian dengki dan dendam.
Ibnu Athaillah seorang sufi karismatik pernah mengatakan," Tidak mungkin seseorang memahami rahasia ketuhanan yg terdalam sementara dia belum bertaubat dari kesalahan-kesalahannya". Ya Allah. Jadikan kami semua sebagai orang-orang yang terus ingat dan waspada. dan bimbinglah kami agar berada dalam jalanmu yang indah lagi sempurna.
Robby Andoyo
