Setan adalah makhluk terkutuk yang ditakdirkan sebagai penghuni Neraka. Betapa tidak, sikapnya yang angkuh, sombong dan merasa paling be...
Setan adalah makhluk terkutuk yang ditakdirkan sebagai penghuni Neraka. Betapa tidak, sikapnya yang angkuh, sombong dan merasa paling benar sendiri, Ia melawan perintah Allah swt untuk bersujud kepada Adam. Begitulah Al-Quran mengisahkan. Pada tulisan kali ini saya tidak akan membahas lebih jauh tentang setan yang berwujud halus, kasat mata dan tak terjangkau oleh panca indra. Tapi, yang ingin saya kaji adalah setan yang berwujud manusia. Bahkan Allah swt mewahyukan di dalam Al-Quran, " Dari kejahatan Bisikan setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia ". (Surah An-nas).
Baru-baru ini marak terjadi aksi teror di sejumlah lokasi. Mulai dari kawasan-kawasan umum, terminal, konser musik, halte busway sampai Kantor Kepolisian pun tidak luput dari aksi teror. Tidak mungkin aksi terorisme sedemikian rupa itu terjadi dalam ruang hampa tanpa sebab. Lantas, apa sebenarnya pemicu aksi-aksi berdarah, bom bunuh diri dan sejumlah demontrasi yang tidak mengedepankan akal sehat? Bagi saya penyebab dari kekacauan ini adalah mewabahnya jenis makhluk-makhluk jahat bernama "manusia setan". Saya memakai istilah "manusia setan" karena menganggap hal ini amat penting sekali untuk dikaji. Mengapa? Banyak orang merasa bahwa hidup yang mereka jalani adalah kebenaran. Padahal, bagaimana mungkin sesuatu itu dikatakan kebenaran, jika jalan yang ditempuhnya berakhir pada kerusakan dan kehancuran. Seperti aksi kelompok ekstrimis yang mengatasnamakan agama, suku dan kepentingan politik. Jadi, Apa sebenarnya indikator dari sifat "manusia setan" yang harus kita hindari?
Bagi saya, makhluk yang harus dihindari pemikirannya dan cara berpikirnya hanya satu saja. Manusia Pendendam. Jenis manusia ini adalah yang paling berbahaya dan harus dihindari sejauh mungkin. Itu karena para pendendam sudah mewakili sifat setan yang angkuh, jahat dan ingin menang sendiri dengan cara licik, menjatuhkan harga diri dan martabat orang lain. Contoh-contoh manusia seperti ini banyak sekali di era medsos. Dimana manusia lebih bebas dalam berekspresi dan mengutarakan apapun yang ingin diucapkan. Walaupun esensi dari perkataan itu tidak lain hanyalah manifestasi dari dendam dan kebencian yang sampai keubun-ubun. Bisa jadi Karena faktor tertentu.
Misalnya, kekalahan jagoannya dalam Pemilihan Presiden, Pemilihan Gubernur, Pemilihan Bupati , Pemilihan walikota atau mungkin kekalahan yang bersifat kepartaian. Seperti, Partai yang mengusung ideologi Islam politik misalnya, cenderung memiliki "cheerleader", Fans dan penyokong yang fanatik bahkan terkesan garis keras. Baru-baru ini seseorang yang diagung-agungkan kaum yang dikenal dengan "sumbu pendek" dan "bumi datar", memposting sesuatu yang bagi saya sangat tendensius dan tidak layak untuk di unggah ke publik. Terlebih Dia menganjurkan Jamaah Fesbooknya untuk tidak shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal. Itu karena yang akan menjadi khatib Idul Fitri Adalah Habib Quraish Shihab yang bagi kaum "sumbu pendek", "Baperan" dan "bumi datar yang tidak memaksimalkan fungsi akal dengan baik, menganggap pemikiran keagamaannya tidak sesuai dengan ekspektasi khalayak kaum islamis.
Bahkan dengan percaya diri mereka menuduh Sang Habib tidak kompeten dalam menalar hukum syariah. Seperti, Ketidakwajiban berjilbab, Nabi Muhammad saw belum tentu masuk syurga dan pendukung syiah, karena beliau membela tradisi karbala.
Saya tidak mau larut dalam perdebatan "fikhiyah", "furuiyah" dan permasalahan agama yang bersifat ijtihad "ijtihadiah". Tapi ada esensi yang maha penting dari semua persoalan ini. Yaitu, Bagimana kita membumikan "akhlakul Karimah" akhlak yang mulia di masyarakat. Ini sebenarnya yang luput dari para pendakwah. Baik itu para Da'i offline, seperti yang ceramah di masjid-masjid tanpa diliput di media, atau Da'i Online yang menyebarkan kajian keagamaannya melalui video, artikel dan ceramah melalui internet. Para mubaligh ini banyak kehilangan Ruh Dakwah dalam dirinya. Berdakhwah yang wajib disampaikan dengan kebijaksanaan dan nasehat yang baik, menjadi ajang sumpah serapah dan saling melaknat. Inilah mengapa kita harus memulai untuk membumikan "akhlakul karimah" dalam jiwa kita. Jangan sampai kita menjadi pengikut setan manusia yang penuh dendam, dengki dan jahat perangai dan lidah.
Sebagai penutup dari tulisan ini, Untuk menaklukkan manusia setan yang merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat. Tidak perlu kita membuat kajian intensif sampai berbulan-bulan, workshop dan seminar. Tapi, Mari kita gunakan hati dan akal kita. Imam Ghazali memposisikan hati manusia sebagai raja, memiliki laskar-laskar dan pemimpin perangnya. Akal sebagai pemimpin perang dan master-mindnya sebuah agresi militer harus bisa berpikir jernih dan positif. Semua itu terlaksana jika, akal mampu menyerap pesan maha penting dari raja, hati "intelek". Karena itu, sebagai orang beriman, kita harus bisa berpikir jernih, bernalar dengan benar dan berlaku adil dalam setiap perbuatan yang kita lakukan. Membumikan akhak mulia merupakan alat atau tool yang hebat demi menaklukkan "manusia setan" makhluk yang bersifat layaknya setan dalam segala tidak-tanduknya di dunia ini.
Kang Robby