post-feature-image
HomeIdeologi Keberagaman

Catatan Objektif Pilpres 2019

Kontestasi Pilpres 2019 sudah berakhir setelah pada tanggal 21 Mei dini hari KPU selaku Instansi Penyelengara Pemilu mengumumkan Bapak Jo...

Pak Presiden, Terimakasih.
Menaklukkan Manusia Setan

Kontestasi Pilpres 2019 sudah berakhir setelah pada tanggal 21 Mei dini hari KPU selaku Instansi Penyelengara Pemilu mengumumkan Bapak Jokowi dan Kiai Ma'ruf Amin sebagai pemenang Pilpres 2019. Walaupun nantinya ada gugatan dari kubu Prabowo Subianto ke Mahkamah Konstitusi terhadap hasil Pilpres tapi menurut Saya untuk membuktikan adanya Kecurangan Penyelenggara Pemilu secara terstruktur sistematis dan masif  sangatlah berat. Apalagi pasangan Prabowo-Sandi tertinggal 16 juta suara oleh Pasangan Petahana Bapak Jokowi. Jadi, saat ini  yang tersisa hanyalah kisah duka dan pilu, resah dan gelisah sepanjang proses dan perjalanan Pemilihan Umum 2019. Ada begitu banyak catatan yang akan Saya tulis disini .

Pertama

Pilpres 2019 bisa dikatakan sebagai puncak maraknya Politik Identitas. Apa itu Politik Identitas? Menurut Saya, Politik Identitas adalah menjadikan prefensi suku, ras dan agama sebagai landasan berpolitik dengan tujuan tersirat tertentu serta mengakomodir narasi-narasi kebencian terhadap pihak lain. Artinya, sikap politik seperti ini mencerminkan bentuk sikap eksklusif dalam berpolitik yang jauh dari sikap pancasilais dan semangat keberagaman.

Walaupun tidak bisa dipastikan secara detail. Tapi menurut sebagian Pengamat Politik, Pilpres 2019 adalah "perang" Ideologis antara kekuatan kubu Islamis dan Nasionalis. Prabowo-Sandi dianggap sebagai pemimpin yang nantinya akan membela hak-hak Kaum Islamis yang dinarasikan seolah-olah sudah dirampas oleh kedigdayaan rezim Pemerintah saat ini. Di lain pihak, Jokowi dan Ma'arif Amin dinarasikan sebagai pemimpin yang mewakili kubu nasionalis.Terlebih calon Wakil Presiden nya Kiai Ma'aruf Amin merupakan salah satu petinggi Organisasi Islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama.

(NU) yang kita tahu memiliki semboyan yang terkenal," Nasionalisme dan Ajaran Islam berada pada satu kubu dan barisan yang sama. Atas dasar itu, Tidak ada istilah mempertentangkan Islam dan Nasionalisme".

Kedua

Pada Pilpres 2019 setiap Calon Presiden dan Wakil Presiden didukung oleh Ulama-Ulama yang berpengaruh dimasyarakat. Prabowo Subianto mendapatkan dukungan penuh dari Ulama yang berafiliasi dengan Organisasi Front Pembela Islam FPI. Bahkan Imam besar Rizieq Shihab menyeru Umat Islam untuk berjuang memenangkan Prabowo Subianto dalam kontestasi Pilpres 2019. Hal itu dibuktikan dengan ditampilkannya pidato Rizieq Syihab pada Kampanye Akbar Prabowo-Sandi di Stadion GBK.

Pada saat itu para pendukung Prabowo melaksanakan shalat Subuh berjamaah di GBK. Ada banyak orang yang mengkritik bagaimana para pendukung Prabowo shalat. Berdasarkan video dan photo-photo yang tersebar di Media Sosial, tata cara shalat yang mereka kerjakan tidak sesuai dengan Standar Syariah. Hal itu dibuktikan dengan bercampurnya jamaah pria dan wanita dalam proses shalat tersebut. Banyak yang berdalih "darurat" sebagai alasan diperbolehkannya hal tersebut. Tapi prinsip kaidah "darurat" dalam Islam tidak berlaku selama masih ada pilihan.
Misalnya seseorang dibolehkan mengkonsumsi makanan yang "haram" dalam keadaan darurat; dimana ketika tidak mengkonsumsi makanan pada saat itu, ia akan mati.

Apa yang kita lihat Pada Kampanye Akbar Prabowo-Sandi tidaklah bisa dikatakan darurat. Karena ada begitu banyak pilihan tempat untuk menjalankan shalat Subuh berjamaah selain harus memaksakannya di GBK.

Pada hari-hari terakhir sebelum pencoblosan, Prabowo Subianto bertemu Ustadz Abdul Samad. Ustadz Abdul Samad sendiri pernah mengatakan dalam sebuah tayangan video untuk Netral dalam Pilpres 2019. Tapi, munculnya video pertemuan  antara Prabowo dan Abdul Samad membangun narasi berbeda terhadap dukungan untuk pasangan Prabowo-Sandi. Apalagi Ustadz Abdul Samad sempat memberikan Nasehat yang luar biasa menyentuh hati hingga Prabowo pun menitikkan air mata.

Tidak lama setelah itu, Seorang Ustadz terkenal Adi Hidayat juga secara terang terangan memberi dukungan terhadap Prabowo Subianto. Bahkan ia mengatakan, 'akan menggandeng tangan Prabowo ke Surga'. Tentu saja kata-kata seperti itu banyak menuai kritikan dari sejumlah orang, bagaimana mungkin seorang bisa menggandeng tangan orang lain ke surga sementara tidak ada orang yang tahu secara pasti nasibnya kelak di akhirat.  Surga adalah hak prerogatif Allah SWT. Surga juga tidak memiliki kunci yang dengan mudah dipegang oleh siapa saja lantas mengajak orang lain untuk masuk kedalamnya. Begitulah kata pengkritik Ustadz Adi Hidayat.

Joko Widodo sebagai petahana didukung penuh oleh Ulama-Ulama Nahdlatul Ulama. Bahkan 2 Tokoh dan Kiai kharismatik NU Maulana Habib Luthfi bin Yahya dan Maimoun Zubair secara total mendukung dan mendoakan Bapak Jokowi agar bisa kembali terpilih dalam Pilpres 2019 ini. Tentu dengan dukungan begitu besar dari Nahdlatul Ulama Jokowi-Ma'aruf Amin bisa memberi perlawanan ketat dalam memperebutkan suara pemilih Muslim di Indonesia. Dan hal itu pun menjadi kenyataan. Dimana Jawa Tengah dan Jawa Timur bisa dikuasasi pasangan Jokowi-Ma'aruf.

Banyak yang mengatakan Terpilih Kiai Ma'aruf sebagai Cawapres Jokowi hanyalah taktik politik belaka. Bahkan mereka menganggap Kiai Ma'aruf tidak sedikitpun mampu untuk membantu dan menaikkan elektabilitas Jokowi. Tapi yang terjadi sungguh berbeda. Faktor Kiai Ma'aruf sangat berpengruh dalam kemenangan Presiden Jokowi. Hal itu karena suara Nahdlatul Ulama yang biasanya terpecah, kini hampir 95% berjuang untuk memenangkan pasangan Jokowi-Ma'aruf.

Ketiga

Pilpres 2019 mencatan sejarah kelam dengan terjadinya Aksi Demonstrasi pada tanggal 21-22 Mei. Bahkan kerusuhan yang terjadi menewaskan 8 orang dan menjerat ratusan orang yang sudah ditetapkan menjadi tersangka. Menurut Aparat Kepolisian ada 3 golongan atau kelompok aksi demonstrasi pada tgl 22 dan 22 Mei. Kelompok pertama adalah mereka yang murni ikut demostrasi untuk menuntut ketidakadilan menurut mereka. Kedua. Masa perusuh yang datang dengan semangat menebar kerusakan. Hal ini dibuktikan dengan tayangan ekslusif Aiman Kompas TV yg menemukan rekaman CCTV sekelompok perusuh keluar bersama-sama melalui Mobil Ambulan.  Ketiga, adalah komplotan Teroris yang dibayar oleh seseorang untuk menghabisi nyawa orang-orang tertentu. Orang-orang tertentu itu ada Pejabat Negara, Kepolisian dan kepala lembaga Survei.

Dalam keterangan Pers, Kapolri juga menunjukkan bagaimana komplotan para perusuh ini beraksi dan pada akhirnya semua bisa diamankan sebelum menimbulkan bahaya yang lebih besar. Tentu, tewasnya beberapa orang dalam Aksi Demonstrasi mempertajam kembali kritik terhadap pemerintah. Bahkan tvOne telah meliput dan mewawancarai Orang tua korban tewas pada aksi 21 Mei. Korban tewas bernama Harun umur 15 tahun.

Orang tua korban itu pun menjawab secara detail bagaimana anaknya bisa tewas dalam aksi tersebut. Ia mengatakan bahwa orang tua korban mendapatkan kesulitan saat hendak mengambil jasad anaknya. Namun setelah mendapat surat keterangan dari Kapolres barulah mayat anaknya bisa diambil. Mayat yang sudah diselimuti oleh kain kafan dan bisa langsung disalatkan.

Lantas siapa yang harus disalahkan dalam kerusuhan yang terjadi ini? Menurut Saya, kerusuhan yang terjadi sudah disusupi oleh kelompok yang menginginkan adanya kerusuhan di Indonesia. Karena hanya dengan itulah agenda politik terselubung para elite politik busuk itu dapat dicapai.

Jadi, menyalahkan kekacauan yang terjadi terhadap pemerintah dan kepolisian bukanlah tindakan yang bijak. Karena kita bisa melihat bagaimana para aparat kepolisian bertahan untuk mengendalikan masa demonstrasi yang mulai beringas. Bahkan pada  suatu cuplikan video yang tersebar di Media Sosial sekelompok Anak-anak muda dengan jarak yang begitu dekat ramai-ramai melempar batu kepada sekumpulan polisi yang hanya memegang tameng  untuk melindungi diri.

Salah satu Hoax luar biasa yang begitu jahat adalah sebuah tayangan video adanya sekumpulan Aparat Kepolisian memukuli seorang pemuda yang belum diketahui identitasnya. Pemuda itu dinarasikan sebagai anak dibawah umur yang dipukuli secara berjamaah disamping mesjid.

Video itu sempat viral karena dianggap telah merusak citra baik Kepolisian. Tetapi, faktanya adalah; orang yang dipukuli itu bukan anak dibawah umur, melainkan seorang pria dewasa 30 tahun bernama Andri bibir yang telah menjadi tersangka karena sudah dipastikan memberi bantuan terhadap para perusuh aksi demonstrasi. AA berperan sebagai orang yang mengumpulkan sejumlah batu-batuan yang diberikan kepada  para perusuh agar mereka bisa leluasa menyerang aparat keamanan.

Adapun kerusuhan yang terjadi tidak hanya terjadi di depan kantor Bawaslu dan sejumlah titik demontrasi di Jakarta. Tapi Mapolsek Tembalang Jawa Timur juga turut dibakar oleh 6 orang pelaku yang sudah ditangkap. Intinya, dampak kerusuhan 21-22 Mei begitu besar terhadap masyarakat. Karena itu pemerintah dan kepolisian akan memberikan perhatian khusus dan berupaya untuk membasmi habis dalang kerusuhan sekaligus menangkap aktor dan ketua provokator aksi demonstrasi yang dilakukan perusuh bangsa kita ini.

Banyak anggapan, Pemerintah Republik Indonesia saat ini berupaya menekan lawan politik dengan menangkap sejumlah Tokoh Oposisi.  Seperti ditangkap nya Eggi Sudjana atas tuduhan makar dengan mencoba mengajak masyarakat menentang konstitusi dengan slogan "people power". Bahkan baru-baru ini salah satu Tim Badan Pemenangan Prabowo Sandi Mustofa Nahra diciduk Polisi karena dengan secara terang-terangan menebar berita hoax berupa tayangan video dengan gambar yang di narasikan mendeskreditkan Aparat Kepolisian.

Postingan Mustofa Nahra itu diduga telah menggiring opini dan menyulut emosi mereka terhadap sikap kepolisian. Jika kita sedikit melihat "track-record" Mustofa Nahra, kita akan menjumpai postingan-postingan yang bisa membuat dada kita sesak. Pertama, Pernah Ia memposting foto Kiai Ma'aruf Amin yang sedang salat sambil duduk, dan ia juga menampilkan foto Kiai Ma'aruf berdiri saat menemani Presiden Jokowi berdebat. Pada kedua foto itu ia menarasikan Pak Kiai Ma'aruf seolah-olah menyepelekan kewajiban akhirat salat; sementara untuk urusan dunia Kiai Ma'aruf sanggup untuk berdiri. Ini adalah sikap yg tidak benar; mengkritisi Ibadah orang lain tanpa dasar ilmu keagamaan yang menyeluruh. Memang dalam shalat seorang muslim yang memiliki kesusahan untuk berdiri ia boleh shalat sambil duduk. Itulah "rukhsah" atau keringanan dalam Agama Islam.

Kedua, pada saat kelahiran serdah Mirah yang merupakan anak dari putri bapak Presiden Jokowi, Mustofa juga menampilkan foto pernikahan dan foto Kelahiran anak putri Presiden sambil menggiring opini masyarakat dengan melingkari Tanggal pernikahan Putri presiden dan hari kelahiran anaknya. Sikap ini menurut saya tidak tepat. Karena sikap seperti ini mencerminkan kepribadian yang tidak baik dan sangat jauh dari nilai-nilai agama dan budaya kita. Kita boleh tidak menyukai seseorang tapi menyulut emosi publik sangat tidak dibenarkan dalam ajaran agama kita.

Sebagai penutup, Catatan ini bukan untuk mendeskreditkan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden tertentu. Ini hanyalah catatan objektif singkat tentang apa yang terjadi selama proses Pemilu 2019 berlangsung. Setelah Pilpres 2019 usai, mari kita kembali pada semangat kebangsaan untuk mewujudkan Indonesia yang tentram, damai dan terbebas dari fitnah yang dapat menimbulkan keretakan dalam berbangsa.

Kita tentu melihat bagaimana sebagian Negara Timur Tengah yang  Agama Islam sebagai Agama mayoritas di sana tidak bisa menjadikan Negara itu damai. Bukan ajaran Islam yang dikritisi tapi lebih kepada cara orang-orang Islam berinteraksi dan memahami agamanya yang harus lebih diperhatikan.

Loading...
Nama

Akhlak Islam Artikel Hikmah Artikel Islami Menarik Cerita Renungan Inspiratif Contact ME Exchange Dofollow Links Falsafah Kehidupan Filosofi Kang Robby Ideologi Keberagaman Kajian Islam Modern Kang Robby Kata Mutiara Islam Kata-Kata Hikmah Kitab Klasik Pengembangan Diri Puisi Cinta Terbaru Puisi Inspiratif Puisi Islami Inspiratif Puisi Religi Ulama Klasik
false
ltr
item
Blog Kang Robby: Catatan Objektif Pilpres 2019
Catatan Objektif Pilpres 2019
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgaQNoqt8uyXkpsx7QclOYOMCELysMwfcUovEq5zN2f-zUa0fvwvQPeSyfFdL9TOmiYsBnDq_E4oNl_uN-EOcnRJ9wv35YjZyoNnyQDZDTJc-BoPQE-NUKNEGiV2O9tCk_ogIDnB-Q4fU/s320/Screenshot_2019-05-28-15-51-44-325_com.google.android.apps.searchlite.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgaQNoqt8uyXkpsx7QclOYOMCELysMwfcUovEq5zN2f-zUa0fvwvQPeSyfFdL9TOmiYsBnDq_E4oNl_uN-EOcnRJ9wv35YjZyoNnyQDZDTJc-BoPQE-NUKNEGiV2O9tCk_ogIDnB-Q4fU/s72-c/Screenshot_2019-05-28-15-51-44-325_com.google.android.apps.searchlite.png
Blog Kang Robby
http://robbie-alca.blogspot.com/2019/05/catatan-objektif-pilpres-2019.html
http://robbie-alca.blogspot.com/
http://robbie-alca.blogspot.com/
http://robbie-alca.blogspot.com/2019/05/catatan-objektif-pilpres-2019.html
true
3328551387479627982
UTF-8
Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy