Dua Jiwa dalam Satu Tubuh Dua Jiwa dalam Satu Tubuh Label: Puisi Inspiratif | Blog Kang Robby Ad...
Dua Jiwa dalam Satu Tubuh
Label: Puisi Inspiratif | Blog Kang Robby
Ada kalanya, seseorang merasa hidup seperti ruang sempit tanpa jendela. Tidak ada yang tahu bagaimana rasanya, karena luka itu terlalu sunyi untuk diterjemahkan. Dalam diam, pertempuran batin terjadi: antara kekuatan dan keletihan, antara harapan dan kehancuran.
Puisi berikut lahir dari ruang-ruang batin yang terombang-ambing. Tentang seseorang yang tak ingin menyerah, meski dirinya sendiri adalah ladang pertempuran.
aku lelah, tapi bukan lemah
aku terluka, tapi tetap hidup
di dalam sunyi,
ada suara tangis yang tidak terdengar
ada rasa sakit yang tidak tampak
tapi aku merasakannya, dalam-dalam
aku ingin menyembuhkan sesuatu
yang bahkan tak bisa kusebutkan namanya
jiwaku—
bergetar, rapuh, retak
aku hadir di setiap gelisahku
aku menyatu dalam deritaku
aku dan dia:
satu tubuh, dua jiwa
yang saling menuntut, saling menyiksa
Tuhan,
di tengah gelap yang tak kupahami
aku menengadah—
bukan memohon keajaiban,
tapi cukup:
tenang. kuat. damai.
jika jiwaku lemah, tubuh ini runtuh
jika jiwaku sakit, hidup ini retak
aku tak minta banyak
hanya pelukan cahaya-Mu
di antara malam-malam yang menggigil
Tuhan,
aku tak ingin berpaling ke mana pun
selain kepada-Mu
aku tahu:
Engkaulah satu-satunya
penyelamat, penyembuh
jiwa yang koyak ini
aku hidup
dengan dua denyut yang tak seirama:
satu melukai, satu dilukai
satu bertahan, satu menyerah
mereka tinggal di tubuh yang sama
berperang dalam keheningan
Tuhan,
satukan mereka
bimbing mereka
atau… biarkan aku belajar berdamai
dengan luka yang tak bisa kulupakan
dan jika dunia tak mengerti
atau memilih menertawakan
biarlah.
aku tetap akan berjalan
bersama jiwaku yang tak utuh
tapi terus mencoba pulang.
Catatan Penutup:
Puisi ini bukan hanya sekadar rangkaian kata—ia adalah pengakuan jujur, doa yang diselipkan dalam bait-bait sunyi, dan harapan yang belum mati. Untuk siapa pun yang sedang berjuang melawan dirinya sendiri, percayalah: tidak apa-apa merasa rapuh, asal tidak berhenti mencari cahaya.
Puisi ini bukan hanya sekadar rangkaian kata—ia adalah pengakuan jujur, doa yang diselipkan dalam bait-bait sunyi, dan harapan yang belum mati. Untuk siapa pun yang sedang berjuang melawan dirinya sendiri, percayalah: tidak apa-apa merasa rapuh, asal tidak berhenti mencari cahaya.