Ekspresi Artistik dalam Perspektif Agama: Antara Representasi dan Realitas Ekspresi Artistik dalam Perspektif A...
Ekspresi Artistik dalam Perspektif Agama: Antara Representasi dan Realitas
Pendahuluan
Ekspresi artistik menjadi media penting untuk menyalurkan gagasan, emosi, dan pengalaman. Artikel ini menelaah apakah ekspresi artistik — khususnya dalam musik kontemporer — dapat atau pantas dijadikan pedoman hidup menurut perspektif agama. Dua karya kontemporer yang dijadikan studi: Toxic Till the End (Rosé) dan APT (Rosé & Bruno Mars).
Pandangan Filsafat (Ringkas)
Filsuf Klasik
- Plato — seni sebagai tiruan (mimesis); karya tidak selalu merepresentasikan kebenaran sejati.
- Aristoteles — seni berfungsi sebagai katharsis; memungkinkan penyaluran emosi tanpa tindakan nyata.
Filsuf Modern
- R. G. Collingwood — seni sebagai ekspresi emosi yang tidak dapat disampaikan oleh bahasa biasa.
- Theodor W. Adorno — seni sebagai kritik sosial dan cermin kondisi masyarakat.
Perspektif Al-Qur'an
وَٱلشُّعَرَآءُ يَتَّبِعُهُمُ ٱلْغَاوُۥنَ (٢٢٤) ...
QS. Asy-Syu'ara (26):224–226 — ayat ini mengingatkan bahwa karya puitik/artistik dapat diikuti oleh orang yang sesat jika tidak disaring; seni sering berisi imajinasi dan bukan realitas literal.
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ (٩)
QS. Az-Zumar (39):9 — menegaskan pentingnya akal dan ilmu sebagai filter untuk memahami dan mengambil pelajaran dari teks atau karya.
Hadis yang Relevan
- HR. Bukhari — menegaskan beberapa syair/sastra mengandung hikmah; seni dapat mendidik jika diarahkan benar.
- HR. Muslim — "Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan"; seni sebagai manifestasi keindahan yang dibenarkan selama tidak melanggar prinsip agama.
Analisis: Islam dan Ekspresi Artistik dalam Lagu
Dalam Islam, seni tidak serta-merta dilarang. Prinsip utama adalah keseimbangan: seni dipandang sebagai potensi kebaikan bila membawa hikmah, mengangkat nilai moral, atau mengekspresikan pengalaman manusia secara positif. Namun, jika karya mendorong kebiasaan yang merusak atau dijadikan teladan perilaku yang bertentangan dengan maqasid al-shariah (tujuan syariat), maka karya tersebut harus dibaca sebagai representasi simbolik, bukan panduan praktis.
Studi Kasus: Toxic Till the End
Lagu ini menggunakan metafora "toxic" untuk menggambarkan cinta yang intens namun merusak. Dari sudut agama, pesan emosional tersebut dapat diterima sebagai ekspresi artistik yang mengundang refleksi. Namun, jika dimaknai sebagai legitimasi mempertahankan hubungan yang jelas merusak, maka hal tersebut bertentangan dengan prinsip menjaga keselamatan jiwa (hifz al-nafs) dan keharmonisan keluarga.
Studi Kasus: APT
Lagu APT menonjolkan energi, kebebasan, dan intensitas cinta. Secara etis, nilai-nilai tersebut bisa menjadi alat positif untuk mengekspresikan kegembiraan dan kreativitas. Filter agama tetap diperlukan untuk menghindari promosi perilaku berlebihan atau norma yang membahayakan.
Penutup
Seni adalah ranah ekspresi yang kaya dan tak ternilai. Islam memberi ruang bagi seni sepanjang karya itu dipahami dengan akal, ditafsirkan dengan tanggung jawab, dan tidak dijadikan legitimasi untuk praktik yang merusak. Nikmati karya seperti Toxic Till the End dan APT—tetapi biarkan mereka tetap berada di ranah estetika dan refleksi, bukan model hidup yang ditiru secara mentah.