Perbandingan Judi Online dan Trading Futures Leverage dalam Perspektif Syariah Pendahuluan Perdebatan antara praktik trading futures ...
Perbandingan Judi Online dan Trading Futures Leverage dalam Perspektif Syariah
Pendahuluan
Perdebatan antara praktik trading futures dengan sistem leverage dan perjudian online (maisir) merupakan isu kontemporer yang memerlukan kajian usul fiqh mendalam. Banyak pihak menilai keduanya serupa karena sama-sama mengandung spekulasi. Namun, bila diteliti secara metodologis dengan pendekatan maqāṣid al-syarī‘ah, terdapat perbedaan fundamental antara keduanya.
Dalil Al-Qur’an tentang Larangan Maisir
Allah menegaskan larangan terhadap perjudian dalam QS. al-Mā’idah ayat 90:
﴿يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلۡخَمۡرُ وَٱلۡمَيۡسِرُ وَٱلۡأَنصَابُ وَٱلۡأَزۡلَـٰمُ رِجۡسٞ مِّنۡ عَمَلِ ٱلشَّيۡطَـٰنِ فَٱجۡتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ﴾
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, judi, berhala, dan mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al-Mā’idah [5]: 90)
Ayat ini jelas mengharamkan aktivitas yang berbasis pada spekulasi buta dan zero-sum game, di mana keuntungan satu pihak pasti berasal dari kerugian pihak lain tanpa adanya underlying asset yang sah.
Trading Futures Leverage: Studi Usul Fiqh
Dalam trading futures leverage, terdapat kontrak derivatif yang pada dasarnya memiliki underlying asset (misalnya Bitcoin, minyak, emas). Transaksi ini bisa diarahkan pada dua tujuan:
- Hedging: melindungi nilai aset dari fluktuasi harga yang tajam, sehingga sesuai dengan maqāṣid hifẓ al-māl (menjaga harta).
- Spekulasi murni: memperbesar risiko tanpa dasar analisa, yang mendekati sifat judi.
QS. al-Baqarah ayat 275 memberi garis tegas antara jual beli sah dan praktik riba:
﴿وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰاۚ﴾
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. al-Baqarah [2]: 275)
Dari sini dapat dipahami bahwa leverage hanya dapat diterima bila tidak mengandung bunga (riba) dan kontraknya jelas. Jika leverage itu bebas bunga (interest-free margin) dan berbasis akad pinjaman transparan, maka ia bisa masuk dalam kategori jual beli yang dihalalkan.
Tafsir Ibn ‘Āshūr tentang Keadilan Ekonomi
Ibn ‘Āshūr menekankan dalam tafsirnya bahwa maqāṣid tertinggi syariat adalah keadilan. QS. al-Nisā’ ayat 58 menjadi dasar:
﴿إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا وَإِذَا حَكَمۡتُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحۡكُمُواْ بِٱلۡعَدۡلِۚ﴾
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (QS. al-Nisā’ [4]: 58)
Berdasarkan tafsir Ibn ‘Āshūr, bila sistem leverage digunakan secara adil, transparan, dan tidak merugikan pihak lemah, maka ia tidak identik dengan judi. Sebaliknya, bila broker memanipulasi pasar atau leverage dipakai untuk murni spekulasi tanpa analisa, maka ia jatuh pada kategori maisir.
Perbedaan Teknis: Judi vs Leverage
| Aspek | Judi Online (Maisir) | Trading Futures Leverage |
|---|---|---|
| Underlying Asset | Tidak ada, murni taruhan | Ada (Bitcoin, emas, minyak, dll.) |
| Tujuan | Hiburan/spekulasi murni | Bisa untuk hedging atau spekulasi |
| Zero-Sum Game | Mutlak (keuntungan satu pihak pasti kerugian pihak lain) | Tidak mutlak, karena ada nilai lindung aset & manajemen risiko |
| Kaidah Usul | Sadd al-dharā’i‘ (menutup jalan mafsadat) | Al-ghurm bi al-ghunm (risiko sebanding dengan keuntungan) dan al-yaqīn lā yazūl bi al-shakk (kepastian akad lebih kuat daripada spekulasi) |
Kesimpulan
Dari analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa trading futures leverage tidak serta merta sama dengan judi online. Ia bisa masuk kategori terlarang bila dilakukan dengan spekulasi ekstrem, leverage berbunga, dan manipulasi pasar. Namun, dalam kondisi leverage bebas bunga, tujuan lindung nilai, serta adanya regulasi adil yang menjamin keadilan pasar, praktik ini bisa dipertimbangkan sebagai bentuk mu‘āmalah baru yang masuk ke dalam ranah maslahah mursalah. Dengan demikian, perbedaan esensial dengan maisir tetap harus ditegaskan agar umat Islam dapat membedakan antara transaksi sah dengan perjudian yang diharamkan.
Referensi
- Al-Qur’an al-Karim, QS. al-Mā’idah [5]: 90; QS. al-Baqarah [2]: 275; QS. al-Nisā’ [4]: 58.
- Ibn ‘Āshūr, al-Taḥrīr wa al-Tanwīr.
- Al-Qurṭubi, al-Jāmi‘ li Ahkām al-Qur’an.
- Ibn Taymiyyah, Majmū‘ al-Fatāwā.
- Monzer Kahf, Islamic Finance: Theory and Practice.
- Taqi Usmani, An Introduction to Islamic Finance.
- Dewan Syariah Nasional – MUI, Fatwa No. 28/DSN-MUI/III/2002.
