Beragama Secara Progresif

Belakangan marak kita dengar di media masa lokal maupun internasional 'aksi menolak gagasan sains' bahwa bumi itu bulat. Tidak ha...


Belakangan marak kita dengar di media masa lokal maupun internasional 'aksi menolak gagasan sains' bahwa bumi itu bulat. Tidak hanya di Indonesia saja, tapi di Negara Paman Sam "truth claim" semacam ini telah menjadi perdebatan yang tidak berakhir. Mengapa hal seperti ini bisa terjadi?

Itu karena setiap manusia memiliki cara berpikir yang berbeda. Apalagi dengan kehadiran instrumen-instrumen Internet seperti YouTube, orang bisa belajar dan mempercayai sesuatu yang tidak ditemukan di 'bangku sekolah'.

Misalnya video-video kontra bumi bulat yang semakin 'menjamur' bisa dikatakan telah banyak mendoktrin anak muda zaman now untuk menentang fakta sains yang mereka pelajari selama ini.

Najwa Shihab dalam sebuah video singkatnya berbicara tentang "Islam Segala Zaman". Adapun yang menjadi narasumber saat itu adalah Quraish Shihab yang tidak lain merupakan Ayahnya. Najwa kerap memanggil Quraish Shihab dengan "Abi" yang bermakna Ayah.

Pada video yang sudah dimuat pada situs (narasi.tv) itu, Najwa bertanya tentang fenomena "flat earth" yang bisa dikatakan sudah mulai 'naik ke permukaan'. Bahkan orang yang percaya terhadap teori ini tidak mesti para 'penghamba text' saja; melainkan ada sebagian orang yang memiliki pemikiran keagamaan yang baik tapi larut dalam fenomena "flat earth" ini.

Najwa pun bertanya kepada Quraish Shihab, " Bagaimana Islam memandang fenomena "flat earth" ini? Apakah ada isyarat dalam Al-Qur'an terhadap fakta bahwa bumi ini bulat?" Tanya Najwa.
Quraish Shihab menjawab, " dalam persoalan ini, Al-Qur'an membedakan antara "khalaqa" yang bermakna menciptakan dan " ja'ala" menjadikan. Di dalam Al-Qur'an Allah swt mengatakan "ja'ala" menjadikan".

Mari kita ambil contoh, terdapat narasi kitab suci yang mengatakan

" wa ja'alna Al-ardha bi shata". 

Jika diartikan secara makna substantif, Allah telah menjadikan bumi ini bagaikan hamparan tikar yang luas bagi manusia.

Artinya, kita akan memandang bumi ini tempat kita berpijak ini terbentang luas sepanjang mata memandang.

Pada ayat lain, Al-Qur'an juga mengatakan,

" wa min ayatihi khalqu as-samawati wal Ardhi wa ikhtilafi alsinatikum wa alwanikum".  

Artinya, dan merupakan tanda-tanda kekuasaan-Nya, penciptaan langit dan bumi serta keberagaman dalam bahasa dan rupa.
Demikian pula, sebagaimana yang sudah saya uraikan sebelumnya, Allah SWT telah menjadikan bumi ini datar jika dipandang dari dalam "looking from the inside".

Dimana pun mata manusia memandang jika masih berada di bumi, bumi pasti terlihat datar. Tapi Allah menciptakan bumi ini Bulat. Dan kita bisa memastikan nya setelah manusia hidup dalam hingar-bingar perkembangan sains dan teknologi".

Pada zaman sekarang trend berpikir konservatif- pragmatis semakin hari kian menemukan momentumnya dalam diri masyarakat beragama saat ini. Salah satu indikasinya adalah; adanya sikap "israf" berlebih-lebihan dalam menyikapi ajaran agama. Misalnya, kecenderungan sebagian kalangan yang lebih memilih pengobatan berdasarkan riwayat-riwayat dari hadis-hadis "Ahad" yang jika dipahami melalui basis Nalar Tawassuth Islam, sangatlah bertentangan dengan kode etik kajian medis modern.

Contohnya, sikap percaya sepenuh hati bahwa dalam air kencing unta terdapat penangkal kanker dan sakit lambung. Mereka yang percaya terhadap khasiat air kencing unta ini menganggap telah mengikuti Sunnah Rasulullah Saw. Memang terdapat narasi hadis yang mengatakan,

" Minumlah susu dan air kencing unta"

tapi yang perlu menjadi catatan adalah; terdapat narasi hadis lain yang mengatakan,

" minumlah air susu unta". 

Tanpa anjuran untuk turut serta meminum kencingnya. Lantas, Apa artinya?  Terdapat "ta'arud" kontradiksi dalam periwayatan nya. Dalam metodologi "mua'lajati al-ta'rud" eksekusi terhadap ayat-ayat kontradiktif; peran akal sangatlah vital.

Disinilah kedalaman wawaaan keilmuan diperlukan. Bukan hanya berkutat pada perdebatan klasik yang hanya membuat kita berpikir mundur kebelakang, padahal kita sudah hidup di abad ke-21.

Terkait persoalan air kencing dijadikan penawar sakit perut, alangkah baiknya kita memahami kaidah usul " la masyru'iyata fi sunatii at-tatayubi" tidak ada kewajiban syariat dalam sunnah pengobatan.

Mengapa? Karena setiap zaman memiliki instrumen pengobatannya sendiri.
Dahulu kita belum mengenal pengobatan yang berbasis sains dan kajian medis. Misalnya, penyakit katarak yang pada masa "dark ages" dianggap tidak dapat disembuhkan, maka pada saat itu orang yang terkena penyakit ini pasti sudah pasrah untuk hidup dalam kebutaan, hal ini sangat kontras jika kita bandingkan dengan zaman now, hal seperti itu sudah bisa ditanggulagi dan diantisipasi dengan pendekatan medis yang baik.

Dahulu pengobatan hanya terpaku pada sumber alam murni, tapi saat ini manusia sudah mengenal jarum suntik. Karena itu, setiap hadis-hadis Nabi Muhammad Saw yang berkaitan tentang pengobatan, harus kita pahami melalui framework nalar modern. Jangan sampai ketidakhati-hatian kita dalam memaksimalkan potensi akal menjadikan kita 'penghamba text' yang belum sepenuhnya berpikir bebas dan terbuka terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Begitupula, sebagai manusia yang hidup di era modern ini, sudah waktunya kita harus bisa berpikir modern dan kontekstual. Bagaimana caranya? Dengan senantiasa membuka pikiran kita agar tetap terbuka. Karena hanya dengan sikap seperti itu kita bisa melihat lebih dalam segala cakrawala makna substantif  yang termaktub dalam kitab suci dan riwayat riwayat-riwayat Nabi Muhammad Saw.

Demikian pula, orang terbiasa berkecimpung dalam cakrawala makna substantif akan bersikap lebih progresif dalam menyikapi tantangan globalisasi yang semakin kuat. Bukan malah melakukan tindakan-tindakan yang mencerminkan kedangkalan berpikir akut; menyalahkan orang lain terhadap kebodohan yang kita lakukan sendiri.

Inilah yang dinamakan "mentalitas korban" orang yang bermental korban merasa bahwa dirinya selalu benar dan tidak pernah salah. Padahal, kebenaran yang mereka gaungkan itu adalah ego sektoral yang hanya berfokus pada kepentingan golongan sendiri bukan mewakili umat yang sesungguhnya.

Banyak anggapan bahwa beragama secara progresif  "sebelas dua belas" atau  pararel dengan liberalisasi pemikiran. Tentu klaim semacam ini tidak tepat. Karena progresif disini bukan berarti terlepas dari nilai-nilai sakral dari ajaran Islam universal; Islam Rahmatan Lil Alamin. Melainkan ada upaya sinergitas yang terjadi antara nilai-nilai universal Islam dan proses penalaran terhadap fakta-fakta sosial yang terjadi dalam masyarakat modern.

Salah satu bentuk sinergitas antara nilai Islam dan fakta sains adalah  kepercayaan terhadap teori yang mengatakan, " pada akhirnya spesies manusia akan  berkelana menembus langit dan bereksplorasi di luar angkasa ". Sekarang mungkin kita menganggap klaim semacam ini mengada-ada. Tapi narasi ayat suci yang cenderung memberi tantangan kepada umat manusia dalam melakukan ekspedisi terhadap planet-planet  dan angkasa luas harus bisa kita pahami sebagai semacam "isyarah" isyarat bagi kita untuk terus menyingkap tabir ilmu tuhan.

Dalam Al-Qur'an Allah SWT mengatakan,

" wa ma utitum minal ilmu Illa qalila". 

Tidakkah kalian wahai manusia kami beri ilmu hanya sedikit.  Berdasarkan ayat ini, manusia tidak boleh sombong dan merasa telah memahami seratus persen segala cakrawala makna yang ada dalam kitab suci. Dalam banyak dikursus keislaman, Pada dasarnya Allah SWT menurunkan 2 kitab.

Pertama, Bersifat makna yang telah berwujud texts (Al-Qur'an)

Kedua, bersifat baku yang memiliki hukumnya sendiri (hukum alam).

Tugas kita sebagai manusia harus bisa belajar 2 kitab ini secara kontinu dan terus-menerus agar kita tidak tertinggal dan dihempas oleh arus zaman yang semakin hari tidak bisa dibendung.

Menjadi Muslim progresif bukan berarti mengesampingkan doktrin sakral dalam Islam. Misalnya, dalam persoalan ibadah ritual, Muslim progresif tidak pernah mengabaikan kewajiban individu apalagi mengesampingkan tanggungjawab sosial.

Justru sikap progresif ini mampu membentuk karakter yang kuat dalam menyebarkan pesan universal dari ajaran Islam Universal.

Banyak orang yang salah kaprah terhadap pesan universal dari ajaran Islam. Mereka mengatakan bahwa ajaran Islam hanya berkutat pada dimensi rigid dan kaku. Seperti, narasi kitab suci dalam menyikapi hukum pidana.

Dalam Al-Qur'an disebutkan,

" as-shariku wa as-sharikatu fakta'u aidiyahuma jaza'am Bima kasaba nakalan mina allah". 

Narasisi ini jika kita lihat pesan substansinya mengarah pada proses hukum pidana para pencuri. Artinya, orang-orang yang mencuri dalam pandangan diskursus Islam klasik akan dipotong tangannya.

Memang ada sebagian kelompok Islam yang mengatakan bukan tangan para pencuri itu yang harus dipotong tapi kekuatannya dalam mencuri harus dibatasi atau bahkan harus dihilangkan.

Di era modern, hampir tidak ada hukuman potong tangan bagi para pencuri. Bahkan orang-orang yang sudah terjangkit penyakit "klepto" tidak sampai dipotong tangannya tapi dipenjara sampai ia bisa terbebas dari penyakit semacam itu.

Inilah pentingnya berpikir terbuka, kita bisa melihat permasalahan dengan sudut pandang yang lebih tajam dan bermanfaat. Tidak hanya 'sibuk'  bergelut pada pemikiran klasik yang stagnan dan pragmatis.

Di era Kekhalifahan Islam, Umar bin Khattab pernah memberhentikan secara total hukum potong tangan bagi para pencuri. Adapun "illat" yang mengikat pada sikap Umar ini adalah; "al-maja'ah" adanya kondisi dimana umat berada pada masa penceklik atau keadaan darurat dimana hampir setiap orang kekurangan bahan makanan. Karena itu, jika dalam kondisi seperti itu hukum potong tangan masih diterapkan; tentu akan mengakibatkan permasalahan yang terjadi semakin Kompleks dan sulit untuk diatasi.

Saat ini, kita tidak hidup di era kekhalifahan Islam, kita hidup pada zaman dimana kesadaran manusia dalam bernegara sudah semakin matang. Dahulu orang mungkin rela untuk mengangkat senjata demi membela agama melalui perang terbuka terhadap Negara lain. Hal inilah yang terjadi pada kekhilafahan Islam Bani Umayyah di Andalusia.

Pada masa itu Islam disebarkan melalui penaklukan demi penaklukan. Hal ini menyebabkan luka di hati yang dalam pada orang-orang yang ditaklukkan. Walaupun pada akhirnya banyak dari mereka yang mengikuti agama penakluknya, tapi jauh didasar hati mereka ada semacam rasa tidak rela. Karena itulah setelah  orang-orang  yang ditaklukkan ini kuat, mereka bergerak memukul balik para penakluk Nya.

Sikap yang berbeda bisa dirasakan oleh masyarakat Nusantara. Dimana penyebaran Islam di bumi Nusantara tidak berakhir dengan perperangan demi perperangan. Keputusan Walisongo dalam mensinergikan budaya lokal dengan nilai-nilai Islam merupakan terobosan yang besar dalam sejarah penyebaran Islam.

Karena itu, masyarakat muslim di Nusantara cenderung memiliki sikap tasamuh atau toleransi yang baik jika dibandingkan dengan beberapa negara dengan wajah Islam yang rigid dan kaku.

Sebagai penutup, beragama secara progresif patut kita jadikan kajian mendalam. Apalagi di zaman now, umat kita ini masih belum bisa "move on" sepenuhnya dari kegemilangan Islam dimasa lalu. Memang, memori indah masa lalu bisa membuat kita bahagia, tapi kebahagiaan itu hanyalah kebahagiaan semu belaka; jika kita tidak mau bergerak dan menghadapi segala tantangan zaman, umat Islam akan jauh tertinggal dari bangsa lain.

Untuk saat ini sains dan teknologi banyak dikuasai orang-orang non-muslim. Bill Gates, Elon Musk, Mark Zuckerberg adalah beberapa nama dari para revolusioner dalam perkembangan teknologi mutakhir.

Anehnya, ada kelompok Islam yang terlalu keras berteriak menjelekkan orang-orang non-muslim tapi masih menggunakan platform yang diciptakan orang-orang yang dijelek-jelekkan itu. Bahkan ada juga yang melakukan upaya "preaching hate" melalui fitur live Facebook.

Saya tidak sedang mendeskreditkan penceramah islam, tapi yang saya kritik adalah perilaku  beberapa oknum orator di atas mimbar yang berbicara terlalu semangat tanpa mengindahkan kode etik dalam berdakwah. Padahal, dakwah yang baik adalah merangkul bukan memukul, menasehati bukan melaknati dan membawa pada jalan Islam yang damai, bukan membawa manusia pada jurang kehancuran, permusuhan, fitnah dan kebodohan.

Semoga bermanfaat

Robby Andoyo

COMMENTS

BLOGGER: 2
Loading...
Nama

Akhlak Islam Artikel Hikmah Artikel Islami Menarik Cerita Renungan Inspiratif Contact ME Exchange Dofollow Links Falsafah Kehidupan Filosofi Kang Robby Ideologi Keberagaman Kajian Islam Modern Kang Robby Kata Mutiara Islam Kata-Kata Hikmah Kitab Klasik Pengembangan Diri Puisi Cinta Terbaru Puisi Inspiratif Puisi Islami Inspiratif Puisi Religi Ulama Klasik
false
ltr
item
Blog Kang Robby: Beragama Secara Progresif
Beragama Secara Progresif
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUVzKiOQSp0-rcS4v2p1jIUTLJVNJQ-3tOno8yW7CEhyphenhyphen2SfvoHTxYGZcwVxtPs5BhUuhKq2upK7WmXhnzZg883LQfPejLXeh3ZNVdwYCgOO_73LuDgjjrRyXR5dDaDE01aS-s2wOHCw00/s320/images-01.jpeg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUVzKiOQSp0-rcS4v2p1jIUTLJVNJQ-3tOno8yW7CEhyphenhyphen2SfvoHTxYGZcwVxtPs5BhUuhKq2upK7WmXhnzZg883LQfPejLXeh3ZNVdwYCgOO_73LuDgjjrRyXR5dDaDE01aS-s2wOHCw00/s72-c/images-01.jpeg
Blog Kang Robby
http://robbie-alca.blogspot.com/2018/01/beragama-secara-progresif.html
http://robbie-alca.blogspot.com/
http://robbie-alca.blogspot.com/
http://robbie-alca.blogspot.com/2018/01/beragama-secara-progresif.html
true
3328551387479627982
UTF-8
Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy